Upaya Tangani Gizi Buruk Pada Balita Dengan Formula 100

Surabaya, eHealth. Beragam upaya untuk menekan kasus Balita gizi buruk dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan. Salah satunya adalah Puskesmas Dupak yang membuat inovasi formula 100 (F-100) untuk anak kurang gizi agar tidak sampai jatuh ke gizi buruk.

Komposisi dari F-100 ini terdiri dari susu, minyak goreng dan larutan elektrolit atau mineral. F-100 berfungsi untuk stabilisasi dan transisi rehabilitasi resomal terhadap dehidrasi pada anak. Inovasi F-100 diharapkan bisa membantu mengatasi masalah gizi buruk di Surabaya. F-100 merupakan upaya mengatasi anak kurang gizi sejak dini, sehingga anak tidak sampai pada gizi buruk.

Dengan adanya F-100 yang pembuatannya bisa dilakukan oleh orang tua di rumah dengan mudah dan murah, diharapkan bisa mengurangi pasien rawat inap di Theurapetic Feeding Centre (TFC) atau Pusat Pemulihan Gizi Buruk yang terdapat di Puskesmas Dupak. ”Kalau di Posyandu penanganan (Balita, Red)-nya sudah bagus, maka makin sedikit anak yang terkena gizi buruk,” ujar Kepala Puskesmas Dupak, Nurul Lailah kepada tim eHealth.

Memang, sejak tahun 2010, Puskesmas yang beralamatkan di Jl. Dupak Bangunrejo Gg. Poliklinik No. 6 ini memiliki TFC yang bertujuan untuk memberikan penanganan khusus kepada Balita gizi buruk. Dalam TFC inipun, tidak hanya Balita yang mendapatkan pengobatan, namun juga orangtua balita diberikan ilmu tentang merawat dan cara membuat makanan dengan gizi seimbang kepada anaknya. Sehingga nantinya saat keluar dari TFC, orang tua bisa menjaga tumbuh kembang buah hatinya.

Selain itu, jika di Posyandu yang lain tidak membedakan anak-anak yang datang ke Posyandu, maka bereda dengan Posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Dupak. Hal in dikarenakan terdapat komunitas yang selalu memantau pertumbuhan anak kurang gizi. Maka semua anak yang di KMS (Kartu Menuju Sehat) menunjukkan bawah garis merah, harus ada penanganan khusus agar tumbuh kembang anak tersebut kembali normal. Komunitas ini biasa disebut Community Feeding Centre atau CFC.

Pada kegiatan CFC ini dilakukan deteksi dini pada anak-anak yang kurang gizi agar tidak jatuh pada gizi buruk. Selain itu orang tua balita diberi dukungan untuk terus meningkatkan kenaikan berat badan Balitanya dengan cara diberikan diajari memasak dan vasiasi makanan. Tujuannya agar anak tidak bosan dengan makanan-makanan yang itu saja.

Meski dalam pelaksanaan CFC itu banyak menemui kendala seperti orang tua Balita tidak merasa anaknya kurang gizi dan tidak mau di dukung agar menaikkan berat badan anaknya, namun dr. Nurul Lailah dan ahli gizi Puskesmas Dupak Nurhaida tetap terus melakukan upaya agar anak-anak bisa mendapatkan hak nya terhadap tumbuh kembangnya.

”Faktor utama anak kurang gizi adalah pola asuh orang tua, karena mengikuti masak keinginan suaminya, makanan anaknya tersepelehkan, akibatnya anak malas makan, orang tua tidak gemar menyuapin anaknya”, terang dr. Nurul.

Lanjut ia menguingkapkan bahwa, anak-anak yang sudah jatuh pada gizi buruk sulit untuk mengikuti tumbuh kembangnya karena sulit mengejar ketinggalan itu. Dengan CFC, pasien TFC makin berkurang.

”Ke depan saya berharap tidak ada lagi pasien TFC itu, banyak pasien TFC itu bukan malah bagus, saya berharap pasien TFC itu tidak ada lagi,” harapnya.

CFC yang dijalan dengan pemberian F-100 efektif untuk mengejar ketinggalan pertumbuhan anak yang kurang gizi. F-100 digunakan untuk memenuhi kekurangan zat gizi mikro pada anak gizi buruk.

Secara langsung gizi buruk disebabkan oleh kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit infeksi. Sementara itu, keterbatasan pangetahuan ibu tentang gizi, cara pemberian makanan yang tidak tepat, pola pengasuhan anak, kondisi kesehatan dan lingkungan serta ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga merupakan faktor penyebab tidak langsung timbulnya gizi buruk.

Dengan F-100 itu diharapkan bisa memberikan solusi untuk mengatasi anak-anak kurang gizi yang ada di wilayah Puskesmas Dupak. (Ima)