Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Manfaat Sayur Daun Kelor untuk Kesehatan

Manfaat Sayur Daun Kelor untuk Kesehatan

Surabaya, eHealth. Tak banyak yang mengetahui mengenai tanaman ini, yaitu tanaman kelor. Salah satu tanaman yang tumbuh didataran rendah mauoun dataran tinggi. Buahnya banyak dimanfaatkan oleh warga desa sebagai campuran sayur asem. Selain buahnya, daun kelor banyak manfaatnya untuk menjaga kesehatan anda. Beberapa manfaat daun 

Beri Bekal Ke Mahasiswa Sebelum Melaksanakan PKL

Beri Bekal Ke Mahasiswa Sebelum Melaksanakan PKL

Surabaya, eHealth. Sebanyak 47 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga bertandang ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya, hari Senin (28/03/2016). Kedatangan mereka bertujuan untuk menerima pembekalan ilmu sebelum “terjun” ke Puskesmas untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.  Dalam pembekalan kali ini, para calon dokter ini diberikan berbagai materi 

Putuskan rantai Penularan TB Dengan Strategi DOTS

Putuskan rantai Penularan TB Dengan Strategi DOTS

IMG_8756eeSurabaya, eHealth. Hari Tuberkulosis se-Dunia pada tanggal 24 Maret 2016 diperingati oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan dengan cara mengadakan seminar kesehatan dengan tema “Gerakan Keluarga Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis Melalui Aksi Temukan TB, Obati Sampai Sembuh (TOSS TB) yang diadakan di graham Sawunggaling lantai enam gedung Pemerintah Kota Surabaya, Jl. Jimerto Surabaya, hari kamis (24/03/2016).

Seminar kesehatan yang menundang peserta dari berbagai kalangan disiplin ilmu ini yang diantaranya adalah guru SMP/SMA di Surabaya, perwakilan SKPD se-Surabaya, kader kesehatan, dan juga bidan Puskesmas se-Surabaya.

Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekkota Surabaya, Eko Haryanto berkesempatan membuka seminar ini sekaligus memberikan sambutan dihadapan undangan yang hadir.

Ia mengatakan, momentum peringatan Hari TB Se-Dunia ini digunakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya menemukan dan mengobati TB sedini mungkin di Surabaya melalui TOSS TB yakni Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulois. Lebih lanjut Eko berharap melalui seminar ini semua pihak berkomitmen dan berperan aktif dalam mencegah penularan TB.

Dalam seminar ini menghadirkan dua narasumber, yakni dr. Setya Budiono, M.Kes, Kepala Seksi P2 Dinkes Provinsi Jawa Timur yang memaparkan materi tentang Kebijakan Nasional Pengendalian TB dan Tantangannya, serta Dr. dr. Soedarsono, Sp.P (K) dari Departemen Ilmu dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang membawakan materi Penatalaksanaan layanan TB Dengan Strategi DOTS Dalam Upaya Pengendalian TB Resistensi Obat.

Namun sebelum materi berlangsung, panitia menghadirkan drg. Misnarti, sebagai mantan penderita TB MDR (Multi Drug Resistance) yang kini sudah dinyatakan sembuh untuk berbagi kisah mulai awal mengetahui dirinya terkena TB, proses pengobatan hingga sembuh sampai sekarang.

Dalam testimoninya, dokter gigi yang pernah bertugas sebagai Kepala Puskesmas wilayah Sumba Timur ini mengugkapkan pertama kalinya divonis penyakit TB resistensi obat atau TB MDR (Multi Drug Resistance) sekitar 4 tahun yang lalu.

Selama dua tahun menjalani pengobatan, Misnarti pun merasakan berbagai efek samping dari pengobatan itu sendiri, mulai dari mual, muntah hebat, sakit kepala, badan kaku, hingga diare, sampai-sampai ia merasa putus asa dan berniat menghentikan pengobatan yang ia jalani. “Sampai saya berpikir, saya ini berobat kok malah tambah sengsara?” ujarnya saat mengisahkan pengalamannya menjalani pengobatan TB MDR.

Dengan dukugan dari suami dan keluarga dekatnya, Misnarti pun mampu menjalani pengobatan sampai tuntas dan akhirnya dinyatakan sembuh dari TB MDR.

Dukungan dari keluarga terdekat inilah yang mampu membuat pasien TB menjalani pengobatan sampai tuntas. Hal ini juga diamini oleh Dr. dr. Soedarsono, Sp.P (K) saat menyampaikan materi tentang  Penatalaksanaan layanan TB Dengan Strategi DOTS Dalam Upaya Pengendalian TB Resistensi Obat. Menurut dokter spesialis paru ini, dukungan keluarga menjadi salah satu bagian dari kebutuhan pasien dalam menjalani pengobatan.

Dr. Soedarsono juga mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan seseorang bisa terkena TB MDR, seperti mekanisme alamiah (mutasi genetik), atau perbuatan manusia misalnya pengobatan TB yang tidak sesuai, panduan pengobatan yang tidak sesuai, tidak mengikuti panduan pengobatan yang berlaku, tidak adanya monitoring pengobatan, hingga organisasi program TB yang buruk.

“Penyebab gagal pengobatan TB paling sering adalah ketidakpatuhan atau putus berobat. Maka inti dari pengobatan TB adalah dengan strategi Direct Observed Treatment, Short Course (DOTS),” kata pria yang mengenyam pendidikan dokter di Universitas Airlangga ini.

DOTS, lanjut dr. Soedarsono, adalah pengawasan langsung pengobatan dalam jangka pendek. Lebih rincinya yakni keharusan setiap pengelola program TB untuk memberikan perhatiannya kepada penderita, mulai dari upaya menemukan penderita TB, melakukan pendampingan minum obat ke penderita TB, sampai dengan pengelolaan, distribusi dan penyediaan obat yang tertata dengan baik.

Dengan strategi DOTS, diharapkan penderita yang menjalani pengobatan bisa sampai tuntas sehingga dapat memutus rantai penularan TB di Indonesia. (And)