Waspada, Darah Tinggi dan Diabetes Dapat Menyerang Balita

Surabaya, eHealth. Dahulu, Balita gemuk atau berat badan diatas rata-rata anak seusianya (obesitas) identik dengan kelucuan dan menggemaskan. Tetapi, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa dibalik tubuh Balita yang menggemaskan tersebut menyimpan sejumlah potensi yang dapat menimbulkan penyakit, seperti Diabetes, darah tinggi (Hipertensi), Jantung, Osteoartritis, dan berbagai penyakit lainnya.

Banyak penyebab obesitas pada anak-anak dan Balita, salah satunya adalah pemberian gula tambahan yang berlebihan pada anak-anak. Sehingga dengan asupan gula yang berlebihan itulah, tanpa disadari pula pertumbuhan berat badan Balita terus bertambah. Untuk itu, orang tua diharapkan mampu memberikan asupan gizi yang seimbang untuk perkembangan buah hatinya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Medical Research Unit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyatakan bahwa sebagian besar asupan gula terbanyak berasal dari konsumsi susu. Melalui metode analisa data produk bahwa apabila anak mengkonsumsi 3 gelas susu per hari, maka anak bisa mengkonsumsi 12 sendok teh gula tambahan setiap hari.

Padahal WHO (World Health Organization), menganjurkan asupan gula tambahan tidak boleh melebihi 10% dari energi yang dikonsumsi untuk menghindari kelebihan energi dalam tubuh anak. Artinya, anak usia 1-3 tahun tidak disarankan mengkonsumsi lebih dari 25 gram gula tambahan (setara 5 sendok teh), dan usia 4-6 tidak melebihi 38 gram gula (setara 8 sendok teh). Apabila anjuran ini diabaikan, anak-anak akan mudah mengalami obesitas.

Hal ini disampaikan oleh dr. Siti Nurul Hidayati dari Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik RSUD Dr. Soetomo saat menyampaikan materi mengenai Obesitas dalam konferensi pers pelaksanaan kegiatan Aku Anak Indonesia Peduli Kesehatan dengan tema “Essential Movement: Cermati Asupan Gula Tambahan Agar Anak Indonesia Lebih Sehat, Cerdas dan Berkreasi Optimal” untuk memperingati Hari Anak Nasional setiap tanggal 23 Juli yang diadakan oleh Fonterra Brands Indonesia, salah satu produsen susu di Indonesia.

Konferensi pers yang diadakan di DBL Arena, Jl. Ahmad Yani, Surabaya, hari Minggu (31/7) ini menghadirkan beberapa narasumber yang concern pada kesehatan anak, yakni Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI ) Jawa Timur dr. Sjamsul Arief, SpA (K), Ketua Divisi Tumbuh Kembang RSUD Dr. Soetomo/FK Unair dr. Ahmad Suryawan, SpA (K), Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik dr. Siti Nurul Hidayati, dan Medical Marketing Manager Fonterra Brands Indonesia dr. Muliaman Mansyur.

Dokter yang akrab disapa dr. Nurul ini memaparkan, faktor obesitas secara genetika, yakni, apabila kedua orang tua obesitas, maka 80% anaknya mengalami hal yang sama. Salah satu orang tua obesitas, maka hanya 40% saja anaknya mengalami obesitas. Jika kedua orang tuanya tidak mengidap obesitas, tentunya peluang terjadi obesitas pada anak tersebut masih rendah yakni berkisar 14% .

Dilanjutkan dr. Nurul, bahwa ada faktor yang bisa menimbulkan obesitas,  yang pertama yakni faktor lingkungan seperti aktifitas fisik. Rendahnya minat anak-anak untuk berolahraga bisa mudah menyebabkan anak menjadi obesitas. “Anak-anak sekarang lebih cenderung menghabiskan waktu main game atau menonton televisi sambil makan makanan ringan,“ tukas dr. Nurul.

Sedangkan faktor yang kedua adalah tidak diberikannya ASI Ekslusif saat anak berusia enam bulan pertama kelahiran, sebaliknya anak-anak mendapatkan asupan nutrisi berlebih seperti mengkonsumsi lemak, daging, dan gula yang terlalu banyak sehingga  risiko terjadinya obesitas semakin besar. Untuk yang ketiga yakni faktor sosial ekonomi, pengetahuan, gaya hidup, tingkat pendapatan mengenai pemilihan jenis dan jumlah makanan serta minuman.

Ia lalu memberikan tips untuk mencegah terjadinya obesitas pada anak. “Saya beri tips kepada orang tua supaya anaknya terhindar dari obesitas, yakni dengan pedoman 5-2-1-0,” tukasnya.

Rumusan 5-2-1-0 adalah, konsumsi 5 jenis buah dan sayuran, batasi nonton televisi atau bermain game selama 2 jam per hari, teraturlah berolahraga minimal 1 jam sehari, dan kurangi (0) asupan kadar gula pada makanan dan minuman.

Sementara itu, Ketua IDAI Jatim, dr. Sjamsul Arief, SpA (K) menambahkan secara detail mengenai obesitas dan dampaknya untuk kesehatan. “Bahwasanya, makanan dan minuman yang manis saat di konsumsi akan diserap cepat oleh pembuluh darah, sehingga kadar hormon insulin menjadi meningkat. Lantas, hormon insulin bekerja menyerap gula dan lemak dari darah untuk disimpan sebagai persediaan di masa akan datang. Proses penyimpanan ini jika tidak seimbang dengan pengeluaran energi akan menyebabkan kenaikan berat badan,” jelasnya.

Lanjut ia katakan, obesitas merupakan kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat meningkatkan risiko bagi penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler (Jantung dan Stroke), Diabetes militus tipe 2, Obstructive sleep apnea (mengorok), dan gangguan ortopedik. Di samping itu, makanan dan minuman manis menyebabkan kerusakan pada gigi serta infeksi pada gusi.(Ian)