Observasi Lapangan tentang Manajemen Pelayanan dan SDM

Surabaya, eHealth. Kamis (30/6), Dinas Kesehatan Kota Surabaya kembali menerima kunjungan dari Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III (Diklat Pim III). Tujuannya untuk melaksanakan observasi lapangan di Pemerintah Kota Surabaya yang berkenaan dengan Pelayanan Kesehatan dan Manajemen SDM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.  

 Kunjungan dari Diklat Pim III itu dihadiri oleh 18 peserta. Mereka terbagi menjadi dua kelompok yang akan melakukan observasi lapangan di Kota Surabaya dengan sebuah permasalahan mengenai pengembangan pelayanan kesehatan dan pemberdayaan sumber daya manusia. Untuk itu, pada kunjungan tersebut para peserta didampingi oleh Seksi Pendidikan dan Pelatihan, Hariyanto, SKM dan Sub Bagian Penyusunan Program drg. Primayanti dari Dinkes Kota Surabaya.

 Dijelaskan oleh Hariyanto, sekilas mengenai pemberdayaan SDM Dinkes Surabaya, bahwa pemberdayaan itu sangat berhubungan erat dengan absensi yang mengunakan finger print, sehingga keterlambatan bisa lebih mudah terdeteksi. Kemudian absensi itu secara langsung akan terhubung dengan daftar tunjangan kepegawaian. Maka dengan begitu tidak ada pegawai yang malas melakukan tugasnya.

 Selain penjelasan tentang SDM ada beberapa permasalahan dan inovasi yang ditanyakan para peserta Diklat Pim III, diantaranya mengenai pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Rokok (KTR dan KTM), serta bentuk-bentuk kerjasama yang sudah terjalin.

 Untuk itu, pada kunjungan tersebut Ketua Kelas Diklat Pim III Angkatan I Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur, drg. Agustinus Teguh Santoso mengungkapkan bahwa banyak hal yang di dapat pada kunjungannya di Surabaya. Terutama pada fokus utamanya yakni pengembangan pelayanan kesehatan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia di Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

 ”Pelajaran kedua hal itu sangat berguna sekali untuk daerah kami di Kabupaten Kutai Barat karena kami merupakan Kabupaten yang usianya masih 11 tahun, jika dibanding dengan Kota Surabaya yang sudah 700 tahun usianya,” paparnya.

 Lanjut ia katakan bahwa Surabaya sangat maju, terutama pada sistem informasi data dan format kinerja SDM yang menentukan timbal balik bagi masing-masing SDM. ”Berbeda sekali disana, karena letaknya di pedalaman, kita harus menempuh jarak hingga 8 jam untuk sampai di ibu kota, tentu itu sangat mempengaruhi pengembangan SDM dan pelayanan kesehatan disana, kalau disini Puskesmas Pembantu saja sudah punya dokter sendiri, kalau disana sangat-sangat kurang tenaga kesehatan terutama dokter,” ungkap drg. Teguh saat ditemui tim eHealth usai pertemuan.

 Mereka juga kagum terhadap pelayanan kesehatan di Kota Surabaya dengan Puskesmas yang sudah mempunyai dokter spesialis, padahal di Kutai Barat dokter spesialis sangat terbatas dan hanya terpusat di ibu kota dan tugasnya hanya di Rumah Sakit.

 ”Dari kunjungan ini saya akan mempelajari inovasi-inovasinya yang mencakup ketenagakerjaan dan mengembangkan inovasi serta pelayanan kesehatan. Kunjungan ini sudah sesuai harapan kami untuk pengembangan di daerah kami sehingga tidak menjadi daerah tertinggal,” pungkasnya seraya tersenyum. (Ima)