Kerja Keras Demi Menekan Balita BGM

Surabaya, eHealth. Babak penyisihan Lomba Posyandu Smart & Healthy Tahun 2011 memasuki pekan terakhir. Pada kesempatan kali ini, tim juri bergerak ke arah selatan Surabaya untuk menilai Posyandu Kuncup Harapan IX yang beralamatkan di Jl. Jemur Gayungan I RT 03 RW III Kelurahan Gayungan. Para kader Posyandu inipun sangat antusias menyambut kedatangan tim juri yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Akademi Gizi Surabaya, dan Bapemas KB Kota Surabaya, hari Selasa (28/6).

Saat melakukan penilaian, Posyandu binaan Puskesmas Gayungan ini banyak mendapat masukan yang berharga dari tim juri. Salah satunya adalah mengenai tujuan kedatangan ibu-ibu ke Posyandu.

“Banyak ibu-ibu yang datang ke Posyandu hanya untuk menimbang dan mengetahui tinggi badan anaknya. Padahal tugas Posyandu lebih dari itu, maka kader harus memberitahu fungsi Posyandu yang lain,” tukas Alma Dwi Atika, salah seorang juri dari AKZI Surabaya ini.

Alma menambahkan, ibu kader harus menjadi ujung tombak dalam pemantauan Balita. Sebab, bila Balita sehat maka derajat kesehatan keluarganya pun akan naik.

Mendapat masukan ini, Ketua Posyandu Kuncup Harapan IX mengaku senang atas masukan yang diberikan tim juri. “Jadi tahu kekurangan Posyandu ini,” tutur Endang singkat. Ia mengaku, masalah penduduk musiman juga masih menjadi kendala bagi Posyandu Kuncup Harapan IX sehingga kader merasa kesulitan dalam memantau bila terjadi Balita BGM (Bawah Garis Merah).

 “Bila ada Balita BGM, kita langsung rujuk ke Puskesmas. Setelah (keluar) dari Puskesmas, Balita diberi PMT (Pemberian Makanan Tambahan, Red) dan juga pendampingan rumah,” lanjut Endang. Ia mengatakan, yang menjadi permasalahannya setelah Balita tersebut diberi PMT, berat badannya naik, namun setelah lepas dari PMT berat badan Balita kembali menurun.

 Diakui Endang, biasanya Balita BGM berasal dari keluarga yang kurang mampu. Faktor ekonomi keluarga yang tidak stabil menyebabkan Balita kekurangan asupan gizi makanan.

 Untuk mengatasi faktor ekonomi, Posyandu yang dimotori 10 kader ini mencari sponsor. Berkat kerja keras dan keuletan kadernya, hasilnya terdapat tiga sponsor yang mampu memberikan bantuan.

 Salah satu sponsor juga memberikan bantuan selama dua bulan berturut-turut. Bantuan tersebut berupa gula, beras 5 Kg, susu dan uang santuan sebesar Rp. 50.000,- setiap bulan. Apabila berat badan Balita tidak naik, maka bantuan akan dihentikan. Namun bila berat badan Balita bisa terus naik, bantuan akan diteruskan selama 5 bulan. Karena itu, harus ada kerja sama yang baik antara pemberi bantuan dan penerima bantuan. Para ibu juga diharapkan tidak terlalu menggantungkan pada bantuan. “Ibu juga herus jeli dalam menyiapkan makanan untuk anaknya. Jangan sampai anaknya rewel, karena ibunya malas,” pungkas Endang seraya tersenyum.(Dot)