Berdayakan Siswa Mengenali dan Mewaspadai DBD

Surabaya, eHealth. Siapa yang tidak kenal dengan Demam Berdarah Dengue? Semua masyarakat pasti telah mendengarnya, namun juga tidak sedikit yang mengetahui seluk beluk penyakit yang bersumber dari gigitan nyamuk Aedes Agepty. Bila terlambat cara penanganannya, bisa-bisa akan berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. “Hal inilah yang harus diketahui dan diwaspadai oleh masyarakat,” tukas dr. Ina Aniati, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Kota Surabaya saat membuka pertemuan Pokjanal Demam Berdarah yang ke II, hari Selasa (28/12) di kantor Dinkes Kota Surabaya.

Pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan seluruh SKPD dan lintas sektor ini bertujuan untuk mengingatkan kembali bahaya dari penyakit Demam Berdarah Dengue. Dinas Pendidikan mendapatkan porsi undangan lebih banyak dalam pertemuan ini. Hal ini diharapkan bisa menekan DBD di lingkungan sekolah, karena siswa sekolah lebih rentan terjangkit DBD.

“Mengapa siswa mudah terserang? Karena mereka berkelompok. Ketika digigit nyamuk, dengan mudahnya nyamuk menggigit siswa lain yang berdekatan,” tukas dr. Ina. Biasanya aktifitas nyamuk ini terjadi pada pagi dan siang hari, sedangkan jarak yang paling jauh nyamuk terbang sekitar 50 meter dan yang terjauh 100 meter.

“Bayangkan, apabila nyamuk ini di dalam kelas yang penuh dengan anak-anak siswa. dengan waktu yang singkat, berapapuluh anak akan mengalami sakit demam berdarah,” tuturnya.

Maka dari itu, pentingnya kerjasama dengan lintas sektor, dalam hal ini Dinas Pendidikan, supaya bisa memberikan masukan mengenai permasalahan DBD yang dikhawatirkan terjadi di lingkungan sekolah. Perlu diketahui, Dinkes Kota Surabaya telah memberikan pelatihan dan wawasan bagaimana cara mencegah DBD bagi guru maupun Siswa Pemantau Jentik (Wamantik) pada bulan April tahun 2010.

Selain di lingkungan masyarakat yang telah memiliki kader Ibu Pemantau Jentik (Bumantik), di lingkungan sekolah pun juga ada Wamantik. “Kita memberdayakan siswa (Wamantik, Red) supaya ilmu yang kami berikan bisa ditularkan kepada teman atau orang tuanya,” ujar dr. Ina.

Saat ini, lanjut wanita kelahiran 54 tahun yang lalu ini, tiap tahun angka penyebaran DBD semakin meningkat, tahun 2006 sampai 2008 rata-rata jumlah kasus sebesar 136.746 dengan angka kematian mencapai 1327 jiwa. Mengapa ini bisa terjadi? Wanita…. Mengungkapkan, tampaknya pola penyebaran penyakit DBD semakin luas, ditambah dengan faktor lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pertambahan penduduk yang semakin meningkat, mobilitas masyarakat yang tinggi, dan perubahan iklim yang cukup mempengaruhi. “Perubahan curah hujan, suhu, ataupun kelembapan berefek pada ekosistem yang juga sangat berpengaruh dalam perkembangbiakan vektor penyakit, atau nyamuk itu mudah bertelur,” tukas dr. Ina.

Untuk mengantisipasi semakin melonjaknya penderita DBD, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan nasional dalam permasalahan DBD. Pemerintah mengharapkan adanya kesadaran dan upaya untuk memberdayakan masyrakat berpatisipasi dalam pencegahan dan penanggulangan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Pengendalian melalui pengembangan kemitraan jejaring kerja multi disiplin dan lintas sektor. Tujuannya yakni meningkatnya partisipasi warga, terlaksana pelaksanaan sesuai dengan standar, menurunnya angka kesakitan DBD, hingga menurunkan angka kematian. Untuk mengetahui kegiatan PSN yang dilakukan oleh petugas kesehatan, dan petugas pemantau jentik nyamuk. Lantas strateginya salah satunya adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan (penemuan kasus diagnosis dan tata laksana kasus) yang berkualitas serta meningkatkan surveillans epidemiologi.

Disini untuk mewujudkan kebijakan nasional yang diharapkan oleh pemerintah, adalah perlunya gerakan PSN yang merupakan program untuk memutuskan matarantai penularan dengan cara memberantas jentiknya untuk menekan populasi nyamuk. Kegiatan tersebut biasa dilaksanakan di perumahan penduduk, sekolah tempat ibadah, atau lainnya dengan didukung oleh seluruh lapisan tokoh masyarakat.

Sekedar untuk mengulangi pengetahuan, menurut paparan dokter ina. “Nyamuk demam berdarah bertelur di air yang tergenang, seperti bak mandi, kemudian bertelur sebanyak 200 hingga 300 telur. Kemudian menjadi jentik dan kepompong sampai menjadi nyamuk dewasa yang prosesnya membutuhkan 7 hari. Nah, disitulah mengapa kita harus menguras bak mandi atau tempat lainnya minimal 1 mnggu sekali dibersihkan,” tutur dokter asli Surabaya ini.(Ian)

 

 


 

 

 

           Â