Metode Totok Bantu Pasien Berhenti Merokok

Surabaya, eHealth. Siapa bilang kebiasaan merokok sulit dihentikan? Melalui kekuatan spiritual, kebiasaan itu bisa dihilangkan dalam kurun waktu yang sangat singkat. Untuk membantu masyarakat yang ingin berhenti merokok, Dinas Kesehatan Kota Surabaya berencana membuka klinik berhenti merokok di setiap Puskesmas di Kota Surabaya. Untuk mewujudkan itu, Dinkes Kota Surabaya mengundang petugas Puskesmas se-Kota Surabaya pada pelatihan klinik berhenti merokok dengan metode Spiritual Emotional Freedom Technique bagi petugas Puskesmas se-Kota Surabaya di Graha Sawunggaling, Jl. Sedap Malam, hari Selasa (12/7).

Upaya ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Perda No. 5 tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok (KTR & KTM). Tidak hanya menindak dari segi hukum, tetapi ada solusi yang kongkrit, karena masyarakat sudah banyak yang mau berhenti tetapi tidak tahu bagaimana cara berhentinya.

”Mudah-mudah teknik ini menjadi solusi bagi mereka-mereka yang ingin berhenti,” terang Hariyanto, SKM, MSi, Kepala Seksi Pendidikan dan Pelatihan Dinkes Kota Surabaya.

 Pada pelatihan SEFT ini dipimpin oleh H. Syarif Thayib, M.Si dengan melatih 200 petugas kesehatan dari tenaga dokter dan perawat. Mereka dilatih untuk menggunakan metode Spiritual Emotional Freedom Technique atau disebut SEFT. Uniknya, terapi tersebut hanya menggunakan teknik totok dua jari tangan untuk memijat titik-titik bagian tertentu sambil membaca doa sesuai dengan keyakinannya masing.

 Pria yang dipanggil Syarif ini mengatakan, sebelum melakukan prosesi totok, hendaknya pasien terlebih dahulu minum air putih, lalu pilih kebiasaan yang akan dihilangkan seperti merokok, ambil rokok yang biasa dikonsumsi, kemudian cium rokok tersebut dengan mengukur skala intensitas, lalu hisap rokok seperti biasanya. Setelah itu matikan rokok dan mulai melakukan metode SEFT dengan totok.

Sebelum memulai melakukan totok pada sembilan titik tubuh yang dinamakan the tapping, peserta membaca doa yang intinya meminta kepada tuhan secara ikhlas dan pasrah agar berhenti dari merokok. Kemudian mulai mentotok dari titik-titik sebagai berikut, titik pertama di atas bagian kepala, kedua titik permulaan alis mata, ketiga di atas tulang di samping mata, keempat dua centi meter di bawah kelopak mata, kelima tepat di bawah hidung, keenam diantara dagu dan bagian bawah bibir, ketujuh di ujung tempat bertemunya tulang dada (collar bone) dan tulang rusuk pertama, kedelapan di bawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau tempat di bagian tengah tali bra (Wanita selaput jantung), Kesembilan 2,5 cm di bawah puting susu (pria) atau di perbatasan tulang dada dan bagian bawah payudara.

 Tidak berhenti disitu, titik kesepuluh hingga titik ke 18 dilakukan di bagian tangan. Sepuluh di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan. Kesebelas di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan. Kedua belas ibu jari di samping luar bagian bawah paru-paru. Ketiga belas jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) usus besar. Keempat belas jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) selaput jantung. Kelima belas jari manis (ring finger), Ke enam belas dijari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari). Ketujuh belas di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate. Kedelapan belas di bagian antara perpanjang tulang jari manis dan jari kelingking demam.

 Dikatakan olehnya bahwa pada intinya untuk menghilangkan kebiasaan merokok itu terletak pada totok di bagian paru. ”Bagian paru kita totok dengan titik E, biasanya totok pada titik ini menyebabkan mual,” terang Syarif.

 Lanjut ia katakan bahwa teknik SEFT itu sifatnya permanen sehingga diharapkan menjadi solusi yang tepat bagi masyarakat yang ingin berhenti merokok. Menggunakan teknik itu pun tidak membutuhkan banyak waktu, hanya dengan waktu 10 menit totok dari ke 18 titik itu bisa diselesaikan. ”Hebatnya lagi, teknik ini siapapun bisa melakukannya sendiri, apalagi tenaga medis yang sekarang jadi pesertanya,” tutur dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya itu.

 Namun, ia menghimbau agar tidak asal menggunakan teknik tersebut, seperti sebelum ditotok hilangkan pemicu merokok terlebih dahulu. Untuk itu, setiap orang mempunyai kondisi berbeda-beda. Misalkan pasien itu merokok karena sedih, maka beri konsultasi terlebih dahulu untuk menghilangkan sedihnya tersebut. Setelah sedihnya hilang, baru pasien akan merasakan bahwa rokok tersebut terasa pahit.(Ima)