Ajarkan Pola Asuh dan KIE Kepada Ibu Balita

Surabaya, eHealth. Penerapan program Mother Class yang dilaksanakan oleh Puskesmas Peneleh sejak tahun 2008 kini mulai diapresiasi oleh pihak lain. Wahana Visi Indonesia (WVI), sebuah LSM yang bergerak di bidang peningkatan nutrisi pada Balita dan anak-anak ini mencoba untuk mengadopsi program Mother Class dan menerapkan ke Puskesmas lain yang menjadi mitra WVI.

Hal ini disampaikan oleh Binaraji Wijayanti, Field Facilitator Nutrition WVI, saat menyampaikan paparannya dalam kegiatan Training of Trainer (TOT) yang digelar di Puskesmas Peneleh, hari Sabtu (5/2). Kegiatan ini dihadiri oleh ahli gizi serta perwakilan Puskesmas yang menjadi mitra WVI, yakni Puskesmas Ketabang, Dr. Soetomo, Kedungdoro, Putat Jaya, Banyu Urip, serta Puskesmas Peneleh yang bertindak sebagai tuan rumah.

Wanita yang akrab disapa Aji ini mengatakan, program Mother Class ini rencananya mulai dilaksanakan bulan Maret mendatang dengan pertemuan sebulan dua kali selama tiga bulan. Setelah tiga bulan pelaksanaan, nantinya akan diadakan evaluasi apakah Balitanya lulus dari program Mother Class ini atau tidak.

“Jika lulus, maka selanjutnya akan diganti dengan Balita yang lain. Namun jika tidak, maka tetap diteruskan kepada Balita yang sama dan juga dievaluasi mengapa kok tidak ada perkembangan,” tukas Aji.

Perlu diketahui, program Mother Class adalah sebuah program untuk mendampingi ibu dari Balita yang memiliki gizi kurang. Pendampingan tersebut sebagai salah satu bentuk tindakan preventif sekaligus wadah dimana orang tua Balita yang berstatus gizi kurang mendapat pengetahuan tentang gizi seimbang termasuk pola asuh, agar Balita tidak semakin jatuh dan masuk dalam kondisi gizi buruk.

Menurut Kepala Puskesmas Peneleh, drg. Sri Kadarwati, pendampingan ini berupa mengajarkan orang tua Balita mengenai pola asuh kepada anak, diberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) yang tepat kepada orang tua, adanya pembelajaran memasak, cara memilih menu sehat dan murah serta disukai oleh anak-anak, serta mengoptimalkan anggaran yang ada untuk memenuhi kebutuhan anak.

“Dengan anggaran yang tersedia, orang tua bisa mengoptimalkan gizi makanan Balitanya,” ujar drg. Wati, begitu ia disapa.

Dalam Mother Class ini, WVI akan menanggung 15 Balita per Puskesmas dengan kriteria atau syarat yang telah ditentukan. Syarat itu yakni diseleksi khusus bagi Balita yang memiliki gizi kurang, orang tua Balita harus berperan aktif langsung yakni hadir sendiri saat pelaksanaan Mother Class dan tidak boleh diwakilkan kepada orang lain.

“Hal ini supaya sasaran yang kita inginkan sampai kepada yang bersangkutan. Karena berdasarkan pengalaman, jika yang datang orang lain selain orang tua, misalnya nenek Balita tersebut, maka apa yang disampaikan saat Mother Class tidak tersampaikan dengan baik, karena tidak dipraktekkan di rumahnya,” ujar drg. Wati saat menjelaskan syarat-syarat tersebut.

Dalam pelaksanaannya nanti, Mother Class ini tidak hanya melibatkan dari satu sektor saja, melainkan juga melibatkan beberapa lintas program yakni psikolog, dokter spesialis anak, orang tua Balita, ahli gizi, hingga kader. Sehingga, kondisi Balita yang mengikuti program ini akan terpantau dengan baik.

Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinkes Kota Surabaya dr. Kartika Sri Rejeki, yang turut hadir dalam TOT ini juga turut mengapresiasi adanya program yang bertujuan untuk meningkatkan gizi Balita ini. Bahkan, nantinya ia akan mengusulkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk menerapkan Mother Class ke seluruh Puskesmas yang ada di Kota Surabaya. (And)