KPA Kota Surabaya Lakukan Berbagai Langkah untuk Tekan Kasus HIV-AIDS

Surabaya, eHealth. Epidemi HIV (Human Immunodeficiency Virus) telah ada di Indonesia sejak 20 tahun yang lalu. Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi yang berkembang paling cepat (UNAIDS, 2008). Sedangkan Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai salah satu provinsi dengan epidemi tingkat tinggi dan Surabaya menempati peringkat pertama di Jawa Timur dalam penemuan kasus AIDS.

Pada identifikasi masalah, kasus HIV dan AIDS di Kota Surabaya terus meningkat. Pada epidemi tingkat tinggi didominasi oleh kelompok usia 20 tahun hingga usia 39 tahun. Hal ini juga ditemukan pada ibu rumah tangga yang tertular oleh virus HIV. Data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Surabaya pun menyebutkan bahwa penyebaran virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia inipun sudah menyebar di seluruh kecamatan di kota pahlawan ini.

Merujuk data tersebut diatas, KPA Kota Surabaya terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran HIV-AIDS di Surabaya, salah satunya yakni melalui promosi, pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan terhadap ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS).

Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS pasal 8 yang menyebutkan pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) secara komprehensif, terpadu dan kesinambungan.

Pemberian KIE dilakukan melalui penyuluhan dan sosialisasi informasi yang benar pada masyarakat, menyediakan media informasi yang bermutu, memadai dan mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu juga memasukkan pendidikan kecakapan hidup tentang pencegahan HIV dan AIDS dalam materi kurikulum pendidikan sekolah yang terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu.

Kemudian, sebagai pencegahan, KPA Kota Surabaya melakukan pengaturan tentang sasaran pencegahan, larangan dan kewajiban. Sasarannya adalah orang yang sudah tertular, orang yang berisiko tertular atau rawan tertular serta orang yang rentan terkena HIV dan masyarakat umum.

Selain pencegahan juga dilakukan pengobatan, perawatan dan dukungan bagi ODHA. Perawatan dilakukan dengan pendekatan klinis, agama, keluarga dan masyarakat. Dukungan bagi ODHA juga harus dilakukan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Sementara itu peran serta masyarakat juga memiliki arti yang penting dalam pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dengan tidak melakukan diskriminasi dan stigma negatif terhadap ODHA.

Dengan berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh KPA, diharapkan fenomena gunung es penderita HIV-AIDS yang belum ditemukan segera ditemukan, sehingga penyebaran penularan HIV-AIDS bisa dikurangi dan ditekan angka penderitanya.

Langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh KPA Kota Surabaya juga menginspirasi DPR Kabupaten Banyumas Jawa Tengah untuk berkunjung ke Dinas Kesehatan Kota Kota guna untuk mempelajarinya. Meski di Banyumas penderita HIV belum sebanyak yang ada di Surabaya, namun Kabupaten Banyumas akan melakukan kewaspadaan untuk menekan jumlah penderita HIV-AIDS. (Ima)