dr. Basilius Agung S, Kepala Puskesmas Sidotopo Wetan

Surabaya, eHealth. Cerdas, lugas dan familiar, pembawaan inilah yang nampak mewarnai pribadi sehari-hari  dr. Basilius Agung S. Menariknya, dokter yang mempunyai hobi sepak bola ini awalnya tidak mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter. Ia menuturkan menjadi seorang dokter karena desakan orang tua. Meski tak sesuai harapan, dr. Agung tetap bersyukur dan menganggap menjadi seorang dokter adalah sebuah anugerah Tuhan yang harus dijalani dengan ikhlas dan bangga hingga mengantarkannya menjabat Kepala Puskesmas di berbagai wilayah di Kota Surabaya.

Agung kecil lahir di Surabaya, 35 tahun silam. Sejak duduk di bangku sekolah, Agung selalu berprestasi, mulai juara kelas di SD Amalia, Surabaya, lalu juga meraih predikat NEM (Nilai Ebtanas Murni) tertinggi saat duduk di SMP Negeri 12 Surabaya. Begitu juga saat ia di SMUN (sekarang SMA, Red) 5 Surabaya, Agung selalu meraih juara kelas.

Melihat sosok diri Agung yang memang cerdas, muncullah keinginan orangtuanya mengarahkan anaknya agar bisa menjadi dokter.

Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya ini berkisah kalau dirinya memang tidak ada niat atau cita-cita menjadi seorang dokter.

”Dulu saya ingin menjadi seorang programmer,” tukasnya. Namun, keinginan ini harus ia pendam seiring keinginan dari kedua orang tuanya. Karena menurut orang tuanya, jabatan seorang dokter dipandang lebih bagus untuk masa depan seorang Agung.

”Semua ini saya jalani saja dengan baik. Ini adalah petunjuk Tuhan yang dianugerahkan pada diri saya dan tetap saya syukuri (menjalankan profesi sebagai dokter, Red). Puji Tuhan, akhirnya bisa lulus dengan baik hingga menjadi dokter,” ujar pria yang menempuh kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut.

Setelah lulus dari FK Unair tahun 2002, ia mulai menapaki bekerja di poliklinik-poliklinik kecil yang tersebar di Surabaya. Tidak lama kemudian akhirnya dr. Agung singgah di Puskesmas Mulyorejo sebagai dokter dengan status kontrak.

Berusaha mewujudkan harapan orang tuanya, dr. Agung lantas mengikuti ujian CPNS dengan bidang yang sama di tahun 2005. Akhirnya setelah lulus tes CPNS, dr. Agung tetap ditempatkan di Puskesmas Mulyorejo. Setahun kemudian, Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengamanahkan dr. Agung sebagai Plt. Kepala Puskesmas Sidotopo. Tahun 2007, ia kembali pindah tugas sebagai Kepala Puskesmas Tanah Kalikedinding hingga akhir 2010 dan kembali mendapat amanah untuk memegang jabatan sebagai Kepala Puskesmas Sidotopo Wetan hingga sekarang.

Sudah tiga kali dr. Agung menjabat sebagai Kepala Puskesmas. Saat ditanya bagaimana pengalaman mengabdi di Puskesmas di wilayah pinggiran Kota Surabaya yang berpenduduk padat, dengan santai ia menjawab bahwa pada dasarnya semua Puskesmas sama, baik dengan segala kelebihan maupun kekurangan yang ada.

“Dimanapun Puskesmas akan mengalami sebuah problematika yang serupa, entah itu pasien yang tak sabar menanti antrian ataupun komplain mengeluhkan pelayanan. Semua Puskesmas pasti memiliki kekuatan ataupun kelemahan. Disini saya hanya mengkoordinir supaya Puskesmas ini lebih baik lagi,” ujarnya. “Intinya kita harus sabar melayani masyarakat dan apabila ada sesuatu masalah, alangkah baiknya dibicarakan dengan kepala dingin.”

Tidak hanya hubungan antar karyawan Puskesmas dengan pasien ataupun sesama karyawan saja yang ia rangkul. Namun juga dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun institusi seperti pihak kelurahan maupun kecamatan dirinya jalin dengan erat, baik bersifat kerjasama maupun menjalin rasa silaturahmi antar sesama masyarakat.

Di dalam intern, sebagai Kepala Puskesmas dr. Agung berusaha untuk se-adil mungkin jika menemukan masalah yang menimbulkan gesekan antar karyawannya. Biasanya yang dilakukannya adalah menemui langsung karyawannya dengan mencari duduk permasalahannya seperti apa. Tapi sejauh ini keadaan Puskesmas Sidotopo Wetan berjalan dengan baik dan tidak ada persoalan yang serius.

”Hubungan dengan bawahan saya, saya anggap mereka seperti keluarga sendiri. Kalaupun ada masalah kami bicarakan baik-baik dengan mencari solusinya. ‘ kilahnya.

Pada bagian lain, saat ditanya mengenai keluarga, khususnya untuk kedua anaknya. Dokter yang juga menyukai olahraga Badminton ini menuturkan, apapun keinginan anaknya nanti, ia tidak mau memaksakan harus jadi seorang dokter. Bagaimanapun cita-citanya nanti merupakan pilihan yang terbaik untuk masa depan kedua buah hatinya.

“Saya tidak terlalu memaksa mereka (kedua anaknya, Red) harus menjadi dokter seperti saya. Saya bebaskan mereka memilih berdasarkan kemampuannya di bidang  apapun. Selama sesuai dengan kata hatinya. Jadi terserah mereka saja nantinya.” tuturnya.

Saat ini dr. Agung tengah menjalankan program Inovatif Puskesmas di beberapa wilayah, antara lain di Kelurahan Tambak Wedi yakni di Posyandu Srikandi 4 dengan membangun sebuah kelompok penanganan Balita gizi kurang dan gizi buruk yang dikumpulkan menjadi satu untuk memasak bersama. Di Kelurahan Tambak Wedi pula khususnya di RW 1, mengajak semua masyarakatnya membangun jamban, atas dasar prakarsa program pengembangan perilaku bebas dari BAB (Buang Air Besar) sembarangan. Di kelurahan Bulak Banteng ia beserta staf Puskesmas yang beralamat di Jl. Randu No. 102 ini membuat program senam ibu hamil.

“Tidak hanya diluar, saya juga memperhatikan kesehatan karyawan-karyawan di Puskesmas dengan mengajak olahraga, seperti senam aerobik, futsal, dan badminton,” tukasnya ramah sembari menutup perbincangan.(Ian)