Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Apresiasi Pengobatan Herbal di Puskesmas Gundih

Apresiasi Pengobatan Herbal di Puskesmas Gundih

Surabaya, eHealth. Beverly Haggerty tampak begitu menikmati minuman herbal yang disajikan oleh ibu Anas, kader Toga Puskesmas Gundih. Melalui penerjemahnya, wanita asal Kanada ini beberapa kali bertanya mengenai khasiat minuman yang bernama sinom tersebut. Tidak hanya Beverly saja yang begitu menikmati minuman yang baru pertama 

Lihai Pijat Dari Yang “Mluntir” Hingga Autisme

Surabaya, eHealth. “Ayo Fairuz, salim (salaman, Red) dulu ke Pak Yusuf,” ujar Nia Rahmawati, ibu Fairuz sesaat sebelum buah hatinya ini dilakukan terapi pijat. Dengan lincah, Balita yang bernama lengkap Muhammad Fairuz Sururi langsung mengangkat tangan kanannya meraih tangan Yusuf untuk bersalaman dan tak lupa juga langsung mencium tangan.

Tak lama kemudian, bayi yang baru berumur satu tahun ini diberikan terapi pijatan oleh Yusuf Subagyo, staf Puskesmas Gundih. Berbagai teknik pijatan mulai kaki hingga kepala pun dilakukan pria asli Surabaya ini karena sejak kecil Fairuz mengalami masalah kesehatan.

“Memang, sejak dari lahir, Fairuz memiliki masalah dengan tangan sebelah kanannya,” tukas Nia, ibu Fairuz. Ia pun bercerita, sewaktu lahir, tangan kanan Fairuz “melintir” hingga tidak bisa digerakkan sama sekali alias lumpuh. Saat diperiksakan ke dokter, anak terakhir dari tiga bersaudara ini diberikan obat-obatan. Namun, efek samping dari obat-obatan itu menyebabkan si kecil ini Diare.

Akhirnya sewaktu Fairuz berusia dua bulan, Nia memutuskan untuk membawanya ke Puskesmas Gundih untuk diberikan terapi pijat bayi. “Alhamdulilah, setelah diterapi (pijat bayi, Red) tangan kanan anak saya berangsur-angsur pulih dan bisa digerakkan seperti tangan yang normal. Padahal dulu (Fairuz) mengangkat tangan kanannya ke atas saja tidak bisa,” ujar Nia seraya menirukan gerakan Fairuz  mengangkat tangannya.

Tidak hanya Fairuz saja yang merasakan manfaat terapi pijat bayi di Puskesmas Gundih ini. Sewaktu tim eHealth berkunjung ke Puskesmas yang beralamatkan di Jln. Cepu No. 22, ada 40 bayi dan Balita yang mengantri untuk mendapatkan terapi pijat bayi.

Di tangan seorang Yusuf Subagyo, sudah ratusan bayi dan Balita merasakan manfaat pijatan ini. Berbagai keluhan pada bayi, mulai dari bayi dengan gizi buruk, hingga autisme ia tangani dengan senang hati. Tidak hanya bayi dengan keluhan sakit, banyak orang tua yang membawa buah hatinya untuk diterapi pijat meski anak tersebut sehat.

Seperti Abdullah, lelaki kecil berusia 4 tahun yang mengalami autisme ini juga sudah satu tahun menjalani terapi di Puskesmas Gundih. Abdullah diketahui mengalami autisme saat umurnya berusia dua tahun. “Saat itu Abdul (panggilan Abdullah, Red) seperti memiliki dunia sendiri, nggak ngreken (tidak menghiraukan, Red) kalau diajak bicara orang lain. Sukanya pada benda2 yang bergerak seperti kipas angin, kalau sudah seperti itu, ia akan berkonsentrasi terus ke benda itu,” ujar lelaki yang mengaku mendapatkan ilmu pijat dari latihan berbagai cabang beladiri yang ia tekuni.

Namun, sekarang banyak kemajuan yang didapat Abdul setelah menjalani terapi pijat ini. “Meski tidak 100% sembuh, namun banyak perkembangannya, seperti sekarang mau merespon panggilan orang di sekitarnya,” imbuhnya.

Yusuf mengatakan, sejak pertengahan tahun 2008, Puskesmas Gundih membuka layanan terapi pijat bayi. Ia pun berkisah, awalnya memberikan terapi pijat lantaran ingin membantu bayi yang memiliki masalah gizi kurang saat dirinya bertugas di Posyandu. Setelah dilakukan terapi, banyak yang merasakan hasilnya, seperti nafsu makan yang meningkat dan berat badan yang bertambah. Akhirnya dari gethok tular (informasi dari mulut ke mulut) ibu-ibu Balita, maka menyebarlah informasi keberadaan pijat bayi di Puskesmas ini.

“Akhirnya rata-rata dalam satu hari, kunjungan pasien pijat bayi sebanyak 40-50 pasien. Bahkan terkadang hingga 60 anak dalam sehari,” tukasnya. Yusuf menuturkan, jadwal buka layanan terapi pijat bayi di Puskesmas Gundih hari Selasa dan Kamis mulai jam 07.30 WIB sampai selesai. Sedangkan hari Rabu bertempat di Puskesmas Pembantu Bubutan dengan jam yang sama.

Kembangkan Toga

Selain memberikan terapi pijat bayi, Yusuf juga menggalakkan pembudidayaan Tanaman Obat Keluarga (Toga), baik di lingkungan Puskesmas maupun di masyarakat khususnya di wilayah kerja Puskesmas Gundih. Menurutnya, sangat banyak potensi yang bisa dilakukan warga jika mengembangkan Toga ini. Selain sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit, tanaman yang dulunya “hanya dipandang sebelah mata” oleh orang awam ini jika di budidayakan akan memberikan penghasilan tambahan bagi warga.

“Jika semua warga menanam satu jenis Toga saja, misalnya jahe, dalam waktu yang bersamaan, maka panennya dalam waktu yang bersamaan. Dengan begitu, hasilnya bisa dijual dan warga juga mendapat penghasilan tambahan,” ujar lelaki yang juga berprofesi sebagai ustadz ini.

Rencana kedepan, ia bersama Kepala Puskesmas Gundih dr. Rahmat Suudi berobsesi untuk mengembangkan Puskesmas Gundih menjadi Puskesmas pertama di Indonesia yang menerapkan pengobatan secara herbal. Hal ini karena melihat khasiat obat-obatan herbal yang tak kalah dengan obat kimia, mudah dibuat, serta tidak memiliki efek samping. “Saya berharap kedepannya rencana ini bisa terwujud,” tutupnya seraya tersenyum.(And)