Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Hilangkan Stigma! Kusta Dapat Disembuhkan Dengan Tuntas

Hilangkan Stigma! Kusta Dapat Disembuhkan Dengan Tuntas

Surabaya, eHealth. Penyakit kusta memang merupakan salah satu penyakit menular. Bahkan jika tidak atau terlambat diobati, penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium leprae dapat menimbulkan kecacatan bagi penderitanya. Karena itu, penyakit kusta bukan hanya dipandang sebagai permasalahan medis saja, namun juga meluas ke sosial, ekonomi dan 

Menjaga Kebersihan Cegah Penyakit Kusta

Menjaga Kebersihan Cegah Penyakit Kusta

Surabaya, eHealth. Mendengar Penyakit Kusta atau Lepra respon utama yang terbersit di benak anda umumnya adalah menghindari, takut tertular, merasa jijik, dan najis. Bahkan sebagian masyarakat menganggap Kusta atau Lepra sebagai penyakit keturunan dan kutukan. Tidak demikian halnya, karena  Kusta merupakan penyakit yang diakibatkan oleh 

Kusta Bukan Penyakit Kutukan dan Bisa Disembuhkan

Kusta Bukan Penyakit Kutukan dan Bisa Disembuhkan

Surabaya, eHealth. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan mengalami penyakit kulit, begitu juga yang dialami oleh masyarakat yang berada di kawasan religi Sunan Ampel Surabaya. Salah satu penyakit kulit yang rentan dialami oleh masyarakat pesisir yakni penyakit Kusta. ”Penyakit Kusta ini jika dibiarkan berlarut-larut, maka dalam jangka panjang akan menyerang bagian saraf tepi yang berujung pada kecacatan,” terang Kepala Puskesmas Pegirian, dr. Hengky TK saat menerima kunjungan dari Dinkes Provinsi Jawa Timur ketika memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang berada di kawasan Pegirian, hari Senin (10/1).

Secara rutin, penyuluhan di wilayah Pegirian ini dilakukan oleh Program Pengendalian Penyakit Kusta (P2 Kusta) Dinkes Provinsi Jatim. Staff Program P2 Kusta Dinkes Provinsi Jatim Priyo Santoso mengemukakan, khusus untuk penanganan penyakit Kusta, selain mendapatkan dana APBD Kota Surabaya, juga mendapatkan bantuan dana operasional dari NLR (Netherland Leprosy Relief) dari Belanda. ”Surabaya titik (perhatian Kusta, Red) nya ada dua, yakni di Pegirian dan Wonokusumo,” paparnya.

Dalam kegiatan tersebut, terdapat dua pelaksanaan, yakni penyuluhan dam pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan terlebih dahulu. Terdapat dua pemeriksaan utama, yakni pemeriksaan kulit dan saraf tepi. Pertama, dicari kelainan kulit seperti bercak-bercak. Jika terdapat bercak tersebut, maka di tes dengan alat semacam jarum. Jika ditusukkan pada bercak kulit orang tersebut dan tidak terasa sakit, maka orang tersebut terindikasi penyakit Kusta.

Jika telah ditemukan indikasi Kusta, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan memeriksa saraf tepi. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat nodul apakah ada yang pecah atau tidak, adakah nyeri raba pada saraf tepi, adakah kemunduran kekuatan otot sebelum enam bulan, adakah lagophthalmus terjadi sebelum enam bulan pada mata, dan adakah bercak aktif di sekitar saraf tepi. Pemeriksaan itu dilakukan pada titik-titik yang diserang yakni tangan, kaki serta mata.

Laki-laki yang akrab disapa Priyo ini menambahkan bahwa mayoritas penderita Kusta itu enggan untuk melakukan pengobatan karena mereka tidak merasakan sakit atau gatal di area bercak tersebut. ”Padahal yang paling bahaya itu kulitnya mati rasa karena bisa menyerang saraf dan menimbulkan kecacatan. Beda dengan penyakit kulit lainnya yang terasa gatal namun tidak menyerang saraf,” tukasnya.

Penyuluhan itu dilakukan untuk menemukan penderita Kusta sejak dini sehingga bisa diatasi sejak dini. Jika sudah terlambat hingga menimbulkan kecacatan, maka tidak bisa diobati dan akan dibawa seumur hidup oleh penderita. ”Lebih cepat menemukan penderita Kusta untuk memutus mata rantai penularan,” tambah Priyo.

Lanjut ia katakan bahwa penularan Kusta melewati saluran pernafasan. ”Mereka yang mempunyai kontak erat secara terus-menerus dan langsung, misalkan suami, istri, anak, atau sekeluarga ada yang kena, berkumpul dengan penderita setiap hari maka besar kemungkinan tertular,” terangnya.

Namun saat ini masyarakat penderita Kusta sulit untuk diajak berobat lantaran mereka menganggap bahwa Kusta adalah penyakit kutukan yang tak bisa disembuhkan dan bahkan mereka lebih memilih berobat ke dukun. Untuk itu, pada setiap penyuluhan melibatkan para kader dan tokoh agama untuk mengambil kepercayaan masyarakat dan memberinya pengertian bahwa penyakit tersebut bukan penyakit kutukan dan bisa diobati.

Mereka juga diberikan pengarahan mengenai perawatan diri. Hal ini dikarenakan penderita Kusta kulitnya sudah mati rasa, maka ketika ada tubuh yang luka dia tidak merasakannya. Untuk itu, penderita Kusta hendaknya memakai sandal khusus sehingga ketika terkena paku tidak sampai menembus ke kulit. (Ima)