Pelajari Budidaya Tanaman Herbal Sebagai Manfaat Perekonomian

Pelajari Budidaya Tanaman Herbal Sebagai Manfaat Perekonomian

IMG_7322eeSurabaya, eHealth. Dinas Kesehatan Kota Surabaya bersama perwakilan 20 Puskesmas di Kota Surabaya yang memiliki pelayanan Pengobatan Tradisional (Battra) memenuhi undangan untuk belajar tanaman herbal ke PT. Herbs Research Laboratories (PT. HRL) International, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan peternakan maupun tanaman herbal yang berlokasi di Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Mojokerto, hari Sabtu (02/04/2016).

Dalam kunjungan ke Pacet ini, rombongan dari Dinkes Kota Surabaya yang berjumlah 45 orang yang dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PSDMK) drg. Yohanna Sussie Emissa ini belajar mengenai pengelolaan tanaman herbal, mulai dari cara pengelolaan tanah yang baik bagi tanaman herbal hingga potensi tanaman herbal bagi kesehatan dan perekonomian.

Presiden Direktur PT. HRL International EV. Heru Prasanta Wijaya yang menyambut langsung rombongan juga berkesempatan untuk menjelaskan sedikit profil mengenai PT. HRL International yang memiliki kantor pusat di Desa Mondoluku Kabupaten Gresik ini.

Heru mengatakan, sejak didirikan tahun 2000, PT. HRL International adalah sebuah perusahaan nasional di bidang riset dan teknologi pangan yang memulai di bidang peternakan, yakni pembudidayaan kambing gembrong. Seiring berjalan waktu, PT. HRL juga mengembangkan penelitian dan pembibitan tanaman herbal.

Dan beberapa materi pun disampaikan oleh beberapa narasumber, salah satunya adalah “Potensi Herbal Bagi Kesehatan dan Perekonomian” yang disampaikan oleh Lanny Hartanti dari Universitas Widya Mandala Surabaya. Dalam paparannya, Lanny menjelaskan alasan orang menggunakan pengobatan herbal sebagai obat alternatif pengobatan modern, mulai dari dasar pengaruh budaya, sebagai terapi komplementer, hingga kesadaran individu akan informasi terhadap pilihan layanan kesehatan.

“Berbagai negara telah mengembangkan pengobatan tradisional sebagai pendamping pengobatan modern. Bahkan telah dijadikan ikon suatu negara tersebut, seperti Korea dengan Ginseng-nya, China dengan Traditional Chinese Medicine-nya, India dengan Ayurveda-nya, dan kini Indonesia dengan ikon Jamu-nya,” ujar Lanny.

Wanita yang kesehariannya bekerja di Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Widya Mandala ini pun menjelaskan tentang potensi herbal bagi perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan data dari WHO, sebanyak 65% penduduk negara-negara maju telah menggunakan pengobatan tradisional dimana di dalamnya termasuk penggunaan obat-obat bahan alam. Dan di Indonesia sendiri, diperkirakan nilai pasar obat tradisional mencapai lebih dari US$ 1 milyar.

Hal ini, lanjut Lanny, merupakan potensi sekaligus tantangan besar untuk Indonesia. Dengan sekitar 237 juta penduduk Indonesia, atau tepatnya jumlah penduduk terbesar di ASEAN yang menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar produk kesehatan yang menarik bagi negara-negara maju seperti Korea, Jepang, dan juga China.

Pertanyaannya, apakah produk herbal Indonesia yang akan menguasai pasar di Indonesia atau justru produk dari negara lain?

Beragam tantangan menyertai dalam pengembangan jamu di Indonesia, baik dari sisi produk, kebijakan pemerintah maupun konsumen. Maraknya jamu ilegal dan jamu palsu yang mengandung bahan kimia yang beredar di masyarakat, standarisasi jamu yang masih belum jelas, hingga pengetahuan masyarakat akan jamu masih minim juga menjadi permasalahan sendiri yang harus kita hadapi bersama.

Namun pemerintah juga tidak tinggal diam, dengan mengusung visi Jamu Indonesia Maju Tahun 2020, pemerintah menerapkan empat indikator, yakni Jamu merk Indonesia yang modern, bermutu tinggi, murah dan memasyarakat.

Dan akhirnya tinggal kita yang memutuskan apakah rela Indonesia menjadi pangsa pasar potensial negara lain ataukah kita yang menjadi pelaku industri jamu di negeri sendiri juga negara lain.

Keliling Kebun TOGA PT. HRL International

Seusai menyimak materi yang disampaikan oleh PT. HRL International, rombongan kemudian bergerak turun menuju ke Taman Toga yang berjarak sekira 2 Km dari lokasi pertemuan. Di lokasi ini, rombongan dapat mengetahui budidaya tanaman herbal yang dikembangkan oleh PT. HRL International sekaligus peternakan jenis kambing gembrong yang dimana jenis ini sudah langka. (And)