Komitmen Bersama Untuk Minimalisir AKI di Kota Surabaya

Surabaya, eHealth. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya (Kadinkes), dr. Esty Martiana Rachmie berkesempatan untuk menjadi salah satu narasumber dalam Pentaloka Program KIA Bersama Dokter Spesialis Obgyn dan Dokter Spesialis Anak dengan tema “Implementasi Penanganan Rujukan Maternal dan Neonatal Dalam Rangka Percepatan Pencapaian MDG’s 4 dan 5” yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, hari Rabu (22/12) bertempat di Empire Palace Surabaya.

Dalam materinya, Kadinkes Kota Surabaya menyampaikan paparan yang berkaitan dengan Hemoraghic Post Partum (HPP) atau pendarahan pasca persalinan yang terjadi di Kota Surabaya. Dalam materinya yang bertajuk “Evaluasi Penanganan HPP di Kota Surabaya” ini, dr. Esty menjabarkan tentang permasalahan yang terjadi berkaitan dengan kematian ibu yang salah satunya adalah karena HPP.

Di hadapan 50 dokter dan dokter spesialis, alumnus FK UGM ini mengatakan bahwa Pre Eklamsia/Eklamsia masih menduduki peringkat pertama kematian ibu berdasarkan penyebab, sedangkan HPP menduduki peringkat kedua kematian ibu berdasarkan penyebab di Kota Surabaya.

“Untuk kejadian kasus HPP saja di Kota Surabaya, terjadi penurunan angka kematian, dari tahun 2007 sebesar 158 kasus kematian karena HPP, tahun 2008 sebesar 128 kasus kematian, dan tahun 2009 sebesar 50 kematian karena HPP,” ujar dr. Esty.

Meski mengalami tren penurunan kematian ibu karena HPP, namun Dinkes Kota Surabaya tetap memikirkan upaya program penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surabaya. Bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), sepakat untuk dilakukan sosialisasi program upaya penurunan AKI di Kota Surabaya.

Berbagai kegiatan serta sosialisasi upaya penurunan AKI ini meliputi pembekalan bidan Rumah Sakit (RS), Rumah Sakit Bersalin (RSB), Rumah Bersalin (RB) tentang peningkatan kualitas rujukan melalui pembinaan profesi, adanya sosialisasi kepada seluruh direktur RS, RSB, RB, lintas program, lintas sektor, serta Bidan Praktek Swasta (BPS) dan audiensi mengenai program ini dengan Walikota Surabaya.

Puncak dari program penurunan AKI di Kota Surabaya ini dengan adanya penandatanganan komitmen bersama Upaya Penurunan AKI dan AKB (Angka Kematian Bayi) melalui Rujukan Berkualitas Kasus Perdarahan Pasca Persalinan dan Kasus Bayi Prematur oleh Walikota Surabaya (saat itu) Bambang DH, POGI, IDAI, IDSAI, IBI, TP PKK, PMI di Taman Bungkul Surabaya tanggal 15 Mei 2010 dengan dukungan dana dari APBD Kota Surabaya serta dana Dekonsentrasi.

Diharapkan dengan adanya komitmen bersama ini, penanganan terhadap ibu hamil dan melahirkan bisa semakin maksimal dan bisa menangani dengan baik dan tahu kemana alurnya jika harus dirujuk jika terjadi permasalahn, baik itu Pre Eklamsia/Eklamsia maupun HPP pada ibu melahirkan sehingga meminimalisir risiko kematian pada ibu melahirkan.(Ian)