Kini Imunisasi Polio OPV Beralih Pada IPV

Kini Imunisasi Polio OPV Beralih Pada IPV
IMG_3868
Kabid PMK Dinkes Kota Surabaya dr. Mira Novia saat memberikan sambutan terkait pelaksanaan IPV

Surabaya, eHealth. Pemakaian Vaksin Poliomyelitis di negara berkembang, khususnya Indonesia masih menggunakan vaksin polio oral atau OPV (Oral Polio Vaccine). Namun OPV sering kali menimbulkan efek samping bagi kesehatan dan kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengadakan sosialisasi Introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV) sebagai pengganti OPV kepada Lintas Sektor, hari Selasa (8/12/2015) di Hotel Oval Surabaya.

Pertemuan ini dihadiri oleh kader PKK, Aisiyah, Muslimat dan juga Lintas Sektor. Mereka diharapkan bisa ikut aktif membantu melakukan pendataan pada semua sasaran. Juga mensosialisasikan dan melakukan penyuluhan tentang manfaat dan pentingnya kelengkapan imunisasi rutin bagi bayi dan batita.

Para penggiat organisasi sosial ini juga didapuk sebagai tenaga vaksinator polio di Pos PIN serta membantu kunjungan rumah untuk memotivasi sasaran yang belum diimunisasi di pos PIN, terutama kepada masyarakat yang berpotensi menolak imunisasi.

Selain itu juga bertugas untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya imunisasi IPV. Salah satu manfaatnya adalah mencegah polio dan menambah kekebalan serta meningkatkan respon imunitas ketika terjadi KLB dan meningkatkan imunitas melawan polio tipe satu sampai tiga.

Pada pertemuan ini dijelaskan oleh dr. Ponco Nugroho Bangun, Kepala Seksi Wabah dan Bencana Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Surabaya, tentang imunisasi. Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Tujuannya dari imunisasi adalah untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi adalah tuberculosis, polio, difteri, tetanus, pertusis, hepatitis dan campak. Untuk itu pada Maret 2016 mendatang akan dilakukan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) secara serentak di seluruh Indonesia.

Pelaksanaannya akan dilakukan di Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Rumah Sakit serta pos pelayanan imunisasi lainnya di bawah koordinasi Dinkes setempat. Jika sasaran tidak datang maka akan dilakukan penelusuran selama tiga hari.

Vaksin IPV yang digunakan saat ini dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif dengan pemanasan atau bahan kimia. Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Untuk itu diharapkan, saat ini sudah menggunakan imunisasi polio dengan cara IPV untuk mengurasi resiko terjadi kesalahan dan kebersihan. Pada pertemuan itu dijelaskan oleh dr. Radix Hadriyanto Sp.A bahwa menggunakan IPV lebih memberikan kekebalan. Salain itu, IPV dalam bentuk vaksinkombinasi yaitu pentavalent atau hexavalent.

IMG_3868Saat ini introduksi IPV sudah dilakukan pertemuan sosialisasi introduksi IPV yang dilakukan pada tahun 2015 dan akan dilaksanakan pada bulan Juli 2016. Satu dosis diberikan pada usia empat bulan bersamaan dengan DPT-HB-HIB dan IPV. (Ima)