Cegah Pemberian Makanan dan Minuman Manis Berlebihan Pada Anak

Surabaya, eHealth. ibu-ibu masih menganggap bahwa anak yang sehat dan lucu adalah anak yang gemuk. Stigma yang berkembang di masyarakat bahwa gemuk merupakan suatu ukuran bagi orang tua bahwa si anak tidak kekurangan makanan. Namun anggapan tersebut sebenarnya salah besar,  justru kegemukan atau obesitas ini nantinya bisa menyebabkan Diabetes serta hipertensi pada anak. Penyebabnya yakni sang ibu kerap memberikan terlalu banyak makanan dan minuman manis dan gula tambahan agar anaknya tumbuh menjadi gemuk. Permasalahan ini merupakan multidisiplin, dimana peran kerjasama pemerintah, masyarakat serta orang tua dibutuhkan untuk bagaimana cara menanggulanginya.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), obesitas kini menjadi epidemik global yang harus segera diatasi. Sedangkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2010 terjadi peningkatan dibanding hasil Riset tahun 2007 yakni sebesar 12,2%. Sedangkan prevalensi kegemukan pada Balita secara nasional mencapai angka 14%. Di Jawa Timur sendiri, prevalensi Balita obesitas mencapai angka yang cukup tinggi, yakni sebesar 17,1%.

Kebiasaan ibu-ibu memanjakan anaknya hingga menjadi obesitas memang sudah terjadi sejak lama. Pemberian makanan ke buah hatinya banyak yang mengandung gula atau makanan manis. Tak sadar, pemberian makanan yang mengandung gula terlalu banyak pun bisa menimbulkan adictie.

“Kecenderungan orang tua yang kerap memberikan gula pada anak tersebut bisa menyebabkan ketagihan,” ujar Prof. Dr. dr. Boerhan Hidayat, SpA (K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Dalam Gizi Bidang Metabolik Fakultas Kesehatan Unair saat menggelar konferensi pers yang bertajuk “Menyehatkan nak Bangsa Dengan menurunkan Obesitas Sejak Usia Dini” yang dihelat di Kahuripan Mezzaine Floor, Hotel Sheraton Surabaya, hari Minggu (01/5).

Ironisnya, lanjut profesor yang akrab disapa Prof. Boerhan, obesitas ini bisa menimbulkan Diabetes dan Hipertensi jika tidak ada pencegahan sejak dini. Ia menuturkan, nutrisi yang terpenting adalah bagaimana anak-anak diberi makanan yang seimbang antara yg disajikan dan imbang kebutuhannya. “Terkecuali pemberian makanan yang mengandung gula ini sangat pantas apabila diberikan kepada anak yang mengalami malnutrisi atau gizi buruk,” jelas pakar nutrisi metabolic pada anak-anak tersebut.

Obesitas ialah suatu kelainan penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Pada dasarnya, kegemukan terjadi karena ketidakseimbangan antara masuk dan keluarnya energi. Akibatnya, jika kelebihan energi, yang kemudian disimpan dalam bentuk lemak.

Ditambahkan oleh dr. Arman Bhakti Pulungan, SpA (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menjelaskan bahwa obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di abad ke 21. Obesitas ini merupakan defisini suatu diagnosis terhadap suatu penyakit. Kenapa terjadi? Pasalnya, ditemukan ada masalah genetik dan masalah lingkungan yang berkaitan dengan masukan pola makanan yang berlebihan dengan aktifitas yang kurang.

 

Sebagian besar gula yang dikonsumsi anak dari makanan dan minuman merupakan gula tambahan seperti sukrosa, gula jagung (Corn Syrups Solid) serta glukosa (Glucose Syrups Solid). Jenis gula ini banyak mengandung kalori dan hampir tidak mengandung nutrisi. Sayangnya, gula tambahan ini kerap dijumpai pada susu untuk anak-anak.

Dampak obesitas pada anak-anak, akan menimbulkan kardiovaskuler, anak cenderung mengalami peningkatan tekanan dan dan denyut jantung, sekitar 20-30% akan menderita Hipertensi. Diabetes Mellitus tipe-2, serta obstructive anea  yang kerap dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok atau mendengkur. Penyebabnya, penebalan jaringan lemak didaerah dinding perut dan dada yang menganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan gangguan ortopedik. Anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang disebabkan oleh berat badan.

Pasti kebanyakan orang berpikir bahwasanya konsekuensi obesitas pada anak ini akan terjadi pada saat masa tua. “Jangan salah, kejadian ini terjadi saat masih pada masa anak-anak,” ungkap dokter yang menjabat sebagai Kepala Divisi Pediatrik Endokrinologi FK UI ini. Awalnya penderita akan mengalami distoleransi glukosa, obesitas ini juga menyebabkan kolesterolnya tinggi dan hipertensi. Pada perjalanan menginjak usia remaja, anak perempuan bisa menyebabkan policisti ovarisindrom, haidnya terganggu, dan menjadi gemuk. Jika haidnya berhenti, akhirnya bisa menimbulkan Diabetes Mellitus tipe 2.

Dari upaya pencegahan terhadap obesitas, tentunya orang tua memberikan anak-anaknya makanan yang seimbang disertai aktifitas yang cukup dengan pola hidup sehat. Obesitas ini bukan hanya terlihat fisiknya yang tampak gemuk, tetapi obesitas disini sudah mengarah pada penyakit. Secara psikologis sosialnya, ia akan merasa minder, rendah diri, dan kurang percaya diri. Sebetulnya ini bukan hanya permasalahan dokter saja. Tetapi ini terkait dengan pemerintah, masyarakat, dan keluarga yang mempunyai peranan internal dalam menerapkan pola asuh yang sehat.(Ian)