Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Pelayanan IVA dan Cryo Temukan Penderita Kanker Rahim Sejak Dini

Pelayanan IVA dan Cryo Temukan Penderita Kanker Rahim Sejak Dini

Surabaya, eHealth. Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan 34 Puskesmas di Surabaya konsisten terhadap penanganan kanker rahim. Untuk itu Dinkes mengadakan pertemuan evaluasi pelayanan cryo yang ada di Puskesmas hari Selasa (09/06/2015) bertempat di Gedung Graha II Dinkes Surabaya, Jl. Jemursari No. 197. Dalam pertemuan itu 

Pelajari Cara Surabaya Tangani Penderita HIV-AIDS

Pelajari Cara Surabaya Tangani Penderita HIV-AIDS

Surabaya, eHealth. Masalah HIV-AIDS terus menjadi sorotan yang disikapi secara serius. Pemerintah kabupaten Sumbawa salah satunya, yang memilih Kota Surabaya sebagai tempat studi banding masalah pemberantasan HIV-AIDS. Bertempat di Ruang Rapat Lantai 2 Kantor Dinas Kesehatan Kota Surabaya hari Kamis, (04/06/2015), rombongan dari Kabupaten yang 

Bentuk Satgas Penakib Untuk Tangani AKI-AKB

Bentuk Satgas Penakib Untuk Tangani AKI-AKB

Surabaya, eHealth. Beragam upaya pencegahan untuk meminimalisir Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI & AKB) di Kota Surabaya mendapatkan perhatian dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Hari Kamis, (04/06/2015), rombongan dari daerah yang berjuluk kota seribu sungai ini datang ke kantor Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk belajar mengenai penanganan AKI/AKB.

SHARING ILMU: Rombongan Dinkes Kota Banjarmasin saat mengadakan diskusi bersama  Dinkes Kota Surabaya membahas penanggulangan AKI-AKB, hari kamis (04/06/2015). /And
SHARING ILMU: Rombongan Dinkes Kota Banjarmasin saat mengadakan diskusi bersama
Dinkes Kota Surabaya membahas penanggulangan AKI-AKB, hari kamis (04/06/2015). /And

Diterima oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Surabaya dr. Sri Setiyani, Kepala Seksi Diklat SDM Kesehatan Hariyanto, SKM, M.Kes, Kepala Seksi Kesehatan Dasar dr. Kartika Sri Rejeki dan juga staf Dinkes lainnya.

Sebelum membahas tentang AKI/AKB, Hariyanto menjabarkan pemaparan tentang Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada umumnya, lalu dilanjutkan dengan paparan dari dr. Sri Setyani mengenai program penanganan dan pencegahan AKI/AKB di Surabaya.

Dokter alumnus Universitas Airlangga ini menjelaskan, berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Surabaya bersama dengan lintas sektor maupun organisasi profesi untuk meminimalisir terjadinya AKI/AKB di kota pahlawan ini. Ia melanjutkan, medio tahun 2010 hingga 2012 untuk jumlah kematian ibu mengalami peningkatan. Tahun 2010 terdapat 16 kasus kematian ibu, lalu meningkat menjadi 47 kematian ibu dan 60 kasus di tahun 2012.

Begitu halnya dengan kasus angka kematian bayi, data Dinkes Kota Surabaya menunjukkan tahun 2010 terdapat 90 kasus kematian bayi, 2011 melonjak menjadi 465 kasus, dan 2012 turun menjadi 281 kasus.

Pre Eklamsia/Eklamsia maupun Hemoragik Post Partum (HPP) menjadi penyebab terbesar kematian ibu melahirkan. Namun selain itu, faktor lingkungan sosial masyarakat juga turut andil menyumbang kematian ibu. Seperti tingkat pengetahuan keluarga terhadap kelahiran, ketersediaan biaya, kesibukan keluarga. Sebagai contoh kasus sang ibu menolak dirujuk ke Rumah Sakit sebelum mendapat persetujuan dari suami, sedangkan suami masih bekerja.

Dari berbagai permasalahan diatas, maka Dinas Kesehatan Kota Surabaya bersama lintas sektor dan lintas program termasuk organisasi profesi duduk satu meja mencari solusi untuk meminimalisir kasus AKI-AKB di Surabaya, dan akhirnya terbentuklah Satuan Tugas Penurunan Kematian Ibu dan Bayi (Satgas Penakib) Kota Surabaya. Adanya Satgas Penakib ini diperkuat dengan SK Wali Kota Surabaya No. 188.45/338.436.1.2/2012.

BERIKAN CINDERAMATA: Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Surabaya  dr. Sri Setyani menyerahkan cinderamata kepada Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Banjarmasin  Dra. Roosmarini Isfianti seusai diskusi berlangsung. /And
BERIKAN CINDERAMATA: Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Surabaya dr. Sri Setyani menyerahkan cinderamata kepada Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Banjarmasin Dra. Roosmarini Isfianti seusai diskusi berlangsung. /And

Satgas Penakib yang baru terbentuk langsung bergerak untuk melaksanakan sosialisasi ke kecamatan, kelurahan, dan lintas sektor lainnya dan membentuk Satgas Penakib tingkat kecamatan dan kelurahan. Disamping itu juga dilakukan penggalangan komitmen Direktur Rumah Sakit Se- Surabaya dalam akselerasi penurunan AKI-AKB.

Dari Satgas Penakib menghasilkan Panca Upaya Penurunan AKI, yakni mengkaji kematian maternal tahun 2011 dan 2012 secara mendalam determinan dekat, menengah, dan jauh. Yang kedua melakukan kajian kasus “nearmiss” tahun 2012 dan seterusnya. Ketiga memperlakukan PreEklamsia dan HPP secara khusus di 53 Rumah Sakit di Surabaya. Keempat membentuk jaringan Kamar Bersalin Rumah Sakit Se-Surabaya atau disingkat menjadi Jakaberusasu. Dan yang terakhir yakni membangun kesadaran masyarakat tentang kematian maternal melalui media elektronik, cetak maupun organisasi.

Dari tahun 2012 hingga sekarang, berbagai kegiatan dilakukan oleh Satgas Penakib untuk meminimalisir kasus AKI-AKB. Salah satunya adalah penunjukan Kecamatan Mulyorejo sebagai daerah Pilot Project Satgas Penakib dengan Puskesmas Mulyorejo sebagai Puskesmas dengan Poli Pre Eklamisa pertama di Surabaya.

Dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Satgas Penakib, data Dinkes Kota Surabaya menunjukkan hasil positif terkait AKI-AKB. Dari tahun 2012 kasus AKI sebanyak 60 kasus, turun menjadi 49 di tahun 2013, lalu turun kembali menjadi 39 kasus di tahun 2014. “Dan tahun 2015 ini sampai bulan Mei 2015 AKI di Surabaya 12 kasus, dan semoga tidak bertambah lagi,” ujar dr. Sri Setyani.

Sedangkan untuk AKB, tahun 2012 sebanyak 381 kasus, turun menjadi 254 di tahun 2013, dan tahun 2014 juga turun menjadi 243 kasus. Dan untuk tahun 2015 sampai bulan Mei 2015 sebanyak 43 kasus AKB.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Banjarmasin Dra. Roosmarini Isfianti, M.Kes. Apt yang juga ketua rombongan dari Dinkes Kota Banjarmasin mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Kota Surabaya dalam mengatasi permasalahan AKI-AKB. Nantinya, apa yang telah dipelajari di kota pahlawan ini bisa diaplikasikan di Kota Banjarmasin. (And)