Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Layani Pemeriksaan Kesehatan Gratis Hingga Kampanye Pengurangan Plastik

Layani Pemeriksaan Kesehatan Gratis Hingga Kampanye Pengurangan Plastik

Surabaya, eHealth. Belasan karyawan Puskesmas Tanah Kali Kedinding bersama dengan puluhan karyawan RSU Dr. Soetomo, FK Unair dan juga karyawan PT. Sanofi berbaur menjadi satu untuk memberikan beragam pelayanan kesehatan gratis kepada lebih dari seribu warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Tanah Merah, maupun masyarakat 

Antusias, Warga Jagir Manfaatkan Baksos

Antusias, Warga Jagir Manfaatkan Baksos

Surabaya, eHealth. Setelah sebelumnya Bakti Sosial dengan Pelayanan Terintegrasi dilaksanakan di daerah Kenjeran, Kini Giliran warga Jagir yang merasakan Bakti Sosial dengan Pelayanan terintegrasi, hari Rabu (14/10) di Sidoremo Gang I Jagir, Surabaya. Dalam Baksos tersebut, warga Jagir benar-benar memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah di 

Lakukan Vaksinasi Sejak Dini, Cegah Kanker Serviks

Lakukan Vaksinasi Sejak Dini, Cegah Kanker Serviks

Surabaya, eHealth. Setiap wanita yang telah berhubungan seksual berisiko terjangkit infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker serviks atau leher rahim. Hal inilah yang diungkapkan oleh dr. Brahmana Askandar, SpOG, Onk (K) dari RSU Dr. Soetomo dalam seminar media yang bertajuk “Waspadai Human Papilloma Virus (HPV), Jangan Tunda lakukan Vaksinasi” hari Kamis (09/10/2014) yang bertempat di ruang Singosari Hotel Pullman Surabaya City Center.

IMG_3133e
KANKER SERVIKS: dr. Brahmana Askandar, SPpOG, Onk(K) dari RSU dr. Soetomo memberikan paparan tentang kanker serviks kepada peserta seminar. /and

Selain dr. Brahmana, narasumber lain adalah dr. Ika Soelistiana, SpKK serta artis yang juga sebagai Duta Kanker Serviks Ira Wibowo turut hadir dalam seminar yang mengundang seluruh awak media di Kota Surabaya ini.

Pada sesi pertama, dr. Brahmana menjelaskan seputar kanker serviks. “Bedakan dulu kanker leher rahim (serviks, red) dan kanker rahim. Keduanya tidak saling berhubungan sama sekali,” ujarnya.

Kanker serviks, menurut dokter spesialis kandungan kelahiran tahun 1973 ini, adalah jenis kanker yang paling bisa dicegah, karena penyebabnya jelas, dan perubahan fase penyakit yang tidak singkat (antara 8 hingga 10 tahun) alias bertahap. Penyebab kanker serviks adalah adanya virus HPV tipe high risk, terutama tipe 16 dan 18 yang ditularkan melalui hubungan seksual.
“Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan berisiko menyebabkan kanker serviks,” jelasnya. “Itulah sebabnya wanita yang telah aktif secara seksual wajib menerima pemeriksaan pap smear secara rutin setiap tahun sekali.”

Pria lulusan Universitas Airlangga ini menyesalkan minimnya kesadaran atau tingkat awareness masyarakat seputar kanker serviks, yang mana mereka baru memeriksakan diri jika sudah merasa sakit. Padahal virus HPV bekerja secara bertahap dan butuh waktu bertahun-tahun, sehingga misalnya jika seorang wanita berusia 35 tahun mengeluh sakit dan oleh dokter didiagnosis memiliki kanker serviks maka berarti virus HPV telah mulai menyerangnya sejak bertahun-tahun sebelumnya.

Di RSUD Dr. Soetomo sendiri terdapat 8 sampai 10 pasien kanker serviks baru setiap harinya, dimana 70% dari mereka sudah berada dalam tahap stadium lanjut, yang harapan sembuhnya sangat kecil.

“Kanker serviks dapat sembuh 100% jika penderita masih berada pada stadium awal yaitu 1A hingga 2A dengan cara operasi. Jika sudah masuk stadium 2B hingga 4B, maka penderita wajib diterapi radiasi dan kemoterapi,” kata dr. Brahmana, “dan di Surabaya sendiri, memerlukan waktu tunggu atau antri sekitar 8 bulan untuk bisa mendapatkan terapi radiasi atau sinar, karena banyaknya pasien dan juga keterbatasan alat.”

Harapan sembuh yang tipis karena minimnya fasilitas serta kurangnya kesadaran masyarakat akan bahayanya kanker serviks menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara berkembang dengan jumlah kematian terbesar di dunia akibat kanker serviks, yaitu 20%.

Artinya setiap 2 menit, seorang wanita di Indonesia meninggal karena kanker serviks. Di negara-negara maju, seorang wanita meninggal karena kanker serviks setiap 1 jamnya. dr. Brahmana sangat menyarankan para wanita agar melakukan pap smear secara rutin agar setiap tanda kanker dapat terdeteksi sejak dini. Kanker serviks tidak memiliki gejala sama sekali, sehingga para wanita haruslah waspada. Dan terlebih lagi kini tersedia vaksin HPV yang dapat menurunkan risiko kanker serviks sampai 80%. Disarankan pula pemberian vaksin HPV dilakukan sekitar 1-3 tahun sebelum hubungan seksual secara aktif.

Virus HPV dapat Dihindari Berkat Vaksin HPV

Virus HPV tidak hanya menyebabkan kanker serviks tetapi juga kanker vulva, kanker vagina, kanker anus, kanker penis, kulit kelamin, dan lain-lain. Itulah sebabnya pria juga sebaiknya menerima vaksin HPV, tidak hanya wanita yang harus menerimanya.

Pembicara kedua adalah dr. Ika Soelistiana, SpKK yang memberikan paparan seputar penyakit kulit kelamin atau genital warts. Penyebabnya virus HPV jenis yang lebih jinak. Penyakit ini pun dapat dicegah dengan vaksin HPV yang sama.

Seminar juga menghadirkan Ira Wibowo, yang aktif sebagai Duta Kanker Serviks dan Penyakit HPV Lainnya, yang pagi itu hadir memberikan testimoni dan sharing pengalaman. “Sebagai Ibu saya tentu bertanggung jawab terhadap kesehatan keluarga, dan karena saya punya anak perempuan, saya wajib memberinya pengetahuan seputar serviks ini,” jelasnya.

Dengan memberi pengetahuan kepada anaknya maka dirinya berharap sang anak meneruskan ilmu seputar serviks tersebut kepada teman-temannya, agar awareness masyarakat meningkat.

Masyarakat harus paham bahwa tindakan preventif jauh lebih penting dibanding kuratif, sehingga mereka menyadari bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati, dan dalam hal ini pemberian vaksin HPV akan sangat besar manfaatnya bagi masyarakat agar terhindar dari bahaya penyakit kanker serviks.

Biaya vaksinasi yang “mahal” menurut kantong orang Indonesia sesungguhnya tidak sebanding dengan besarnya biaya pengobatan jika sudah terserang kanker serviks nantinya (seperti radiasi dan kemoterapi), sehingga tak ada alasan untuk menunda pemberian vaksin HPV.

Dalam kesempatan tersebut, Ira Wibowo dan juga kedua narasumber lainnya yang bekerjasama dengan salah satu perusahaan farmasi di Indonesia memperkenalkan situs www.guardyourself.co.id sebagai bentuk upaya mengedukasi masyarakat dan memberikan akses informasi yang benar dan dapat dipercaya.

“Website ini berisi informasi mengenai kanker serviks, HPV, dan kulit kelamin yang dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui lebih dalam tentang HPV dan bahaya penyakit yang ditimbulkannya,” pungkas Ira. (fns)