Pentingnya Program Pendampingan Setelah Gizi Buruk

Surabaya, eHealth. Gizi buruk masih menjadi momok, khususnya bagi orang tua terhadap perkembangan dan kesehatan Balitanya. Oleh karena itu, berbagai usaha dilakukan Dinkes Kota Surabaya dalam upaya menekan angka gizi buruk di Kota Surabaya.

Salah satu program yang dilaksanakan oleh Dinkes Kota Surabaya yakni program pendampingan dari ahli gizi untuk orang tua dimana Balitanya mengalami gizi buruk. Hasilnya banyak Balita yang keluar dari lingkaran gizi buruk. Sebagai pembuktian, instansi yang berkantor di Jl. Jemursari No.197 ini menghelat lomba Balita Sehat Pasca Pendampingan tahun 2010, hari Kamis (17/2).

Bertempat di Graha Arya Satya Husada Dinkes Kota Surabaya, lomba yang bertemakan “Gizi Seimbang Investasi Bangsa” ini adalah sebagai bentuk apresiasi dari Dinkes Kota Surabaya untuk 106 Balita yang mengikuti lomba Balita Sehat Pasca Pendampingan. Balita tersebut dipilih dari 53 Puskesmas se-Surabaya yang mengalami gizi buruk. Hal ini dikatakan oleh Sulasmi, SKM selaku Ketua Panitia lomba Balita Sehat Pasca Pendampingan.

“Bahwa kembali ke tujuannya, acara ini adalah untuk mengevaluasi betapa pentingnya program pendampingan untuk ibu dan Balitanya,” tukas Sulasmi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya dr. Esty Martiana Rachmie juga mengapresiasi dengan adanya lomba ini. Dengan adanya lomba Balita Sehat Pasca Pendampingan, ini juga sebagai pembuktian dengan turunnya angka kasus gizi buruk di Kota Surabaya. Kadinkes berpesan kepada peserta, khususnya ibu-ibu untuk selalu menjaga kesehatan dan perkembangan buah hatinya setiap saat, serta jangan sampai terjadi gizi buruk lagi.

Peran kedua orangtua sangat diharapkan untuk membantu perkembangan kesehatan si anak. Jangan mengira gizi buruk hanya terjadi pada keluarga miskin. Di keluarga kelas menengah pun masih dijumpai anaknya menderita gizi buruk, sebab ibunya tidak rajin memperhatikan anaknya. “Kasus gizi buruk terjadi karena ibunya tidak telaten mengurusi anaknya, sibuk dengan sinetron, atau sibuk tiap pagi mengurusi untuk menyiapkan makan bapaknya,“ papar dr. Esty.

Ia menambahkan, masalah gizi buruk adalah masalah bersama yang patut diperangi. Adanya lomba ini juga sebagai salah satu bentuk pembuktian dan perwujudan motivasi ibu-ibu supaya terus memantau kesehatan anaknya.

Seperti diketahui, selama tahun 2010, Dinkes Kota Surabaya mengadakan program pendampingan kepada Balita gizi buruk. Tujuan dari pendampingan adalah mengubah perilaku keluarga dan pola asuh kepada Balita sehingga Balita menjadi sehat dan mempunyai gizi seimbang.

Ada beberapa kriteria yang harus dijalani dalam penilaian lomba Balita Sehat Pasca Pendampingan tersebut, antara lain bayi 12 bulan keatas, data tinggi dan berat badan Balita sebelum dan sesudah pendampingan, ada perkembangan yang signifikan tiap bulannya saat penimbangan di Posyandu, tidak adanya penurunan grafik di Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dulunya berada di garis merah naik sampai ke garis hijau, begitu juga kehadiran ke Posyandu secara rutin yang menjadi salah satu penilaian tim juri.

Sementara itu, Marsya, Balita yang berasal dari perwakilan Puskesmas Sememi  berhasil meraih juara satu dalam lomba Balita Sehat Pasca Pendampingan. Bersama ibunya, Ngatemi, Balita berusia 33 bulan ini berhak mendapatkan trophy, piagam, serta uang pembinaan sebesar satu juta rupiah. “Saya senang sekali mas,” ujar Ngatemi singkat namun tak dapat menyembunyikan ekspresi kebahagiaanya.

Ia pun menuturkan kepada tim eHealth, awalnya Marsya saat menginjak umur 1,5 tahun mengalami gizi buruk. Namun setelah ada pendampingan, perlahan-lahan peningkatan berat badan Marsya mulai tampak, pola makan pun mulai teratur. “Sejak ada pendampingan, anak saya makannya itu banyak,” tukas Ngatemi. Iapun mengaku banyak memberikan buah-buahan dan sayuran yang dianjurkan oleh para pendamping. (Ian)