Dee: “Saya Percaya Bahwa Tuhan Berikan Apa Yang Kita Butuhkan, Bukan yang Kita Inginkan”
Surabaya, eHealth. “Saya seorang penderita HIV positif,” Itulah sepenggal kalimat yang terlontar dari Dee (nama samaran) saat membagi kisah hidupnya kepada para peserta lomba poster on the spot dan penyuluhan untuk memperingati Hari AIDS Sedunia yang diadakan oleh Rumah Remaja Puskesmas Tanah Kalikedinding, hari Sabtu (3/12).
Di hadapan puluhan peserta yang merupakan siswa SMP dan SMA, wanita yang kini juga aktif di LSM JOTHI (Jaringan Orang yang Terinfeksi HIV), sebuah LSM yang concern terhadap perlindungan dan pembinaan terhadap penderita HIV positif ini memulai kisahnya saat pertama kali terinfeksi virus HIV.
“Saya sendiri terinfeksi HIV sejak tahun 2005, dan tahu awal terinfeksi sejak suami saya meninggal karena Narkoba,” ujar Dee yang genap berusia 31 tahun tanggal 21 Desember mendatang ini.
Sesaat setelah suami meninggal, ia pun ikut di tes dan hasilnya positif mengandung virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ini. Awal mendengar bahwa dirinya positif HIV, ia pun berat untuk menerima kenyataan yang menimpanya, bahkan merasa bahwa Tuhan tidak adil terhadap dirinya. Namun lambat laun, setelah paham serta melakukan pengobatan dan seringnya berkumpul dengan sesama penderita HIV positif, akhirnya Dee bisa menerima dirinya seperti sekarang ini.
“Memang dulu saya masih merasa Tuhan itu tidak adil, tetapi sekarang why not kalau kita juga bisa berproduktif, kan?” ujarnya.
Kini setelah bergabung dengan LSM JOTHI, Dee yang mengenakan hem lengan panjang dipadu dengan celana jeans ini mencurahkan segala pemikirannya yang berkaitan dengan HIV. Ia pun aktif mendampingi para perempuan yang juga HIV positif, baik dari kalangan ibu rumah tangga maupun para perempuan lainnya. Dee juga tetap menyemangati mereka yang terpuruk karena mengidap penyakit ini.
Selain ke sesama penderita, Dee juga kerap memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum, terutama kaum perempuan yang masih belum mengerti apa itu HIV dan AIDS. Ia juga aktif berkeliling dari satu penjara ke penjara lainnya di Jawa Timur juga untuk memberikan penyuluhan kepada para penghuninya.
Hal ini ia lakukan, selain untuk memberikan pemahaman akan apa itu HIV, cara penularan, serta pencegahannya. Dee juga ingin mengikis stigma masyarakat bahwa penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang mengerikan, dan jika terkena penyakit tersebut pasti mati.
Saat ditanya orang lain mengenai jalan hidupnya, dengan mantap Dee mengatakan apa yang selama ini menjadi pegangan hidupnya. “Saya percaya bahwa Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan,” tukasnya. Jelas, bahwa Dee, dan juga orang lain tidak ingin terinfeksi virus ini, namun yang dia rasakan saat ini bahwa Dee semakin ingin berbuat manfaat untuk orang lain atau sesamanya. “Dan saya lebih peduli terhadap sesama (kaum perempuan) tentunya,” imbuhnya.
Sebagai seorang wanita, tentu dirinya juga menginginkan memiliki seorang momongan. Bahkan, tutur Dee, banyak yang mendukung kalau dirinya kelak mempunyai anak, termasuk orang Rumah Sakit yang selama ini merawatnya. “Ayoo Dee kapan (kamu punya momongan), supaya kamu juga punya hak untuk punya anak,” katanya menirukan dukungan orang Rumah Sakit.
Bahkan saat inipun ia merencanakan kehamilannya. “Saya kini menjalani program PMTCT (Preventing Mother To Child Transmission/ program pencegahan penularan seorang ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya, Red),” pungkas Dee yang menemukan kembali tambatan hati dan kini menjadi suaminya yang juga sama-sama concern terhadap permasalahan HIV.
Hal ini dikarenakan Dee sempat mempunyai anak dari perkawinan dengan suami pertamanya yang akhirnya meninggal dunia di usia 4 bulan. “Mungkin anak saya juga ikut terinfeksi (virus HIV), karena kan waktu hamil saya juga tidak tahu (positif HIV, Red),” ujarnya.
Ia pun mengingatkan kepada generasi muda sekarang, bahwa meski pemerintah kini tengah gencar mengkampanyekan dan menanggulangi penyebaran HIV/AIDS, tetapi pencegahan yang terbesar ada pada diri masing-masing orang. Dee pun mengatakan, prinsip pencegahan penularan HIV/AIDS yakni dengan ABCDE.
A yakni Abstinence atau puasa seks (tidak melakukan hubungan seks), jika memang mengharuskan untuk berhubungan seks, maka B atau Be Faithful yakni tetap setia pada satu pasangan. C untuk Use Condom, yakni gunakan kondom bila sulit untuk setia terhadap satu pasangan. Sedangkan D yakni Don’t Inject or Don’t Use Drugs yakni jangan gunakan jarum suntik yang tidak steril atau jangan gunakan Narkoba sama sekali. Dan yang terakhir E atau Education, yakni berusaha memperdalam pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. (And)