Latih Konselor untuk Atasi Permasalahan Remaja
Surabaya, ehealth. Poli Psikologi Puskesmas Peneleh seakan tak mau berhenti berinovasi. Mereka menggandeng SMPN 37 sebagai tuan rumah untuk membina serta memberikan pelatihan kepada sejumlah siswa sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Peneleh dengan tujuan untuk  mencetak kader-kader kesehatan dari sekolah yang berfungsi sebagai konselor (pembimbing) dalam  membantu teman sebayanya menghadapi sebuah permasalahan remaja.
Pelatihan konselor ini dihadiri sebanyak 42 orang siswa yang merupakan pilihan dari 7 sekolah yang tersebar di wilayah kerja Puskemas Peneleh. Ada empat sekolah, yakni SMPN 37 sebagai tuan rumah, Â SMPN 4 dan SMP Trisila. Lalu, 3 Sekolah Menengah Atas yang terdiri SMAN 7, SMA Trisila, dan SMK Trisila. Setiap perwakilan diwajibkan mengirimkan 6 siswa terbaik untuk mengikuti pelatihan konselor tersebut.
Ade Septian, S.Psi Psikolog Puskesmas Peneleh mengamati kondisi perilaku remaja saat ini yang cenderung labil. Biasanya di usia remaja cenderung bertindak dan tanpa berpikir panjang apabila mempunyai masalah. Ironisnya, mereka kerap sekali menceritakan permasalahanya pada teman sebaya. Pasalnya, dengan teman sebaya mereka bisa leluasa dan nyaman untuk bercerita.
“Biasanya remaja jika mempunyai masalah selalu lari ke teman sebayanya,” tukas Ade saat ditemui tim eHealth sebelum mengisi materi di Focused Group Discusion II dalam pelatihan konselor sebaya bagi SMP dan SMA dengan mengusung tema “Bersama Mencetak Generasi Muda Cerdas, Sehat, Santun dan Bersahabat,” hari Sabtu (01/10), di ruang pertemuan SMPN 37 Surabaya.
“Oleh karena itu, kami mencetak kader-kader kesehatan ini, nantinya lebih mengedukasi temannya apabila menerima informasi yang salah,” tambah Ade.
Materi yang akan disuguhkan ada 3 macam yaitu, pertama yakni Dasar-dasar Konselor Untuk Remaja. Kedua, mempelajari bagaimana cara menjadi fasilitator yang baik dan ketiga adalah mengenal seperti apa dan bagaimana komunikasi yang efektif serta mempelajari apa itu komunikasi konseling. Dilanjutkan sesi praktek langsung bersama temannya pada sesi terakhir.
“Praktek ini sangat penting supaya kader bisa melakukan pada temannya di sekolah. Kendati kalau ada yang salah, kami (psikolog) akan meluruskannya “ kata pria alumnus Psikologi Unair tahun 20010 ini.
Peran konselor dari siswa ini memang sangat dibutuhkan. Ketika peran guru yang masih dianggap sungkan untuk sebagai wadah curhat (curahan hati) siswa. Disinilah fungsi konselor mengambil alih hal-hal yang dialami siswa. Permasalahan ini biasanya meliputi broken home yang dialami ortunya di rumah, bermasalah dengan pelajaran sekolah yang tidak disukai. Mungkin bisa jadi lagi tidak menyukai sikap teman sebangku atau lainnya. Bahkan dampak pacaran yang kerap memicu permasalahan hingga proses pencarian jati diri.
“Yang baik adalah pacaran yang postif. Yang negatif jangan, padahal sejatinya pacarankan bikin kita bisa senang dan semangat, jadi nanti kita arahkan ke yang positif,” jelas Ade.
Ia pun memaparkan, pelatihan ini juga akan diberikan materi sebatas kesehatan yang terkait dengan tren permasalahan remaja, seperti hamil di luar nikah, pemakaian Narkoba. dan minuman keras.
“Materi kesehatan akan kami suguhkan hanya sebatas pengantar saja, lebih dalamnya langsung ke Puskesmas karena ada yang menangani sendiri.”
Ade juga berharap, siswa kader kesehatan benar-benar menerapkan materi ini sekolah. Dan rencananya membuat laporan mengenai berapa kasus yang sudah mereka tangani. Selama 2 minggu sekali laporan tersebut dikumpulkan. Pihak sekolah diharapkan bisa kerjasama yang sifatnya kesinambungan supaya seluruh sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Peneleh memiliki kader kesehatan siswa yang siap membantu pihak sekolah dalam penanggulangan masalah remaja.(Ian)