Telusuri Penyebab Kegagalan KB Suntik
Surabaya, eHealth. Kegagalan menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga berencana terkadang masih dialami sejumlah orang yang menggunakan alat penunda kehamilan ini. Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mengadakan pertemuan dengan para bidan dan dokter Puskesmas se-Surabaya untuk Audit Pelayanan Keluarga Berencana di Kota Surabaya, hari Rabu (11/5) di Graha Arya Satya Dinkes Surabaya.
Pada audit ini dibahas mengenai kegagalan KB Implan dan KB suntik yang terjadi pada tahun 2010-2011. Selama itu kegagalan terdapat enam kasus, terdiri dari kegagalan KB suntik dan KB implant. Pada kasus kegagalan KB suntik dialami Puskesmas Manukan Kulon dan KB implant dari Puskesmas Gundih.
Kegagalan pada pasien KB suntik yang dialami oleh Puskesmas Manukan Kulon mempunyai catatan medik yakni setelah nifas memakai KB Injek Depo 3 bulan selama 2,5 tahun, setelah itu ganti KB Pil selama 5,5 tahun, dan 1 tahun terakhir pasien memakai injeksi Depo 3 bulan. Suntikan pertama kali di desa dan 3 kali di Puskesmas Manukan Kulon. Pasien tidak pernah terlambat saat kunjungan ulang berikutnya. Dengan riwayat medik seperti itu pada tanggal 26 April 2011 jam 09.00 Pasien datang dengan keluhan mual, dan membawa hasil USG dengan usia kehamilan 10 minggu, janin tunggal, intra uteri.
Selanjutnya, kegagalan KB implant yang dialami Puskesmas Gundih dengan pasien mempunyai catatan medik sebagai berikut, pasien pernah bongkar pasang cyno implant lama dan pasang baru safari KB di Rumah Sakit IBI (Ikatan Bidan Indonesia), tidak menstruasi selama 3 bulan, kemudian pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan mual, muntah, pusing, amenorrhoe selama 3 bulan, tes PPT positif.
Dari kegagalan KB suntik dan KB implat itu dijelaskan oleh dr. Bambang Trijanto, Sp.OG dari Obsetri Ginekologi RSU Dr. Soetomo bahwa terdapat beberapa faktor penyebab kegagalan itu. ”Kegagalan bisa disebabkan oleh pasien yang menderita penyakit hematum, TBC, ayan, pengaruh obat penenang dan antibiotik,” ungkapnya.
Untuk itu disarankan bagi dokter atau bidan untuk membimbingnya pada KB yang efektif jika sudah mengetahui riwayat medik pasien. Karena jika ibu memiliki komplikasi tersebut dan tetap menggunakan KB yang bertentangan dengan penderita maka hasilnya tidak efektif. ”Efektifitas KB suntik berkurang lantaran adanya komplikasi penyakit, untuk itu arahkan pada KB yang efektif, misalkan KB IUD atau Kondom.
Pengaruh kegagalan KB tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi pasien, namun bisa juga dipengaruhi oleh alat kontrasepsi. Pada alat kontrasepsi penyimpanannya harus memenuhi standar penyimpanan, seperti harus disimpan pada suhu dibawah 100 C. Jika penyimpanannya tidak sesuai prosedur, maka alat itu hanya bisa digunakan 2 tahun saja dan jika penyimpanannya baik maka bisa digunakan sampai 3 tahun.
Kemudian, kegagalan KB juga dipengaruhi oleh jadwal kunjungan yang tidak teratur. Selain itu juga dipengaruhi oleh pembelian obat pada apotik yang tidak terintregrasi. Seharusnya pasien harus membeli obat di apotik-apotik yang sudah terintegrasi.
Pada akhir pertemuan, disarankan jika pengantisipasian tersebut sudah dilakukan namun masih terjadi kegagalan maka diberi tindakan lebih lanjut.(Ima)