Mendapatkan Bantuan Karena Alami Kelumpuhan Akibat Hipertensi


Surabaya, eHealth. Dinas Kesehatan Kota Surabaya memberikan bantuan sebuah kursi roda kepada Yarti (73), Lansia yang bermukim di RT 3 /RW 2 Kelurahan Balas Klumprik, Wiyung yang mengalami kelumpuhan karena penyakit Hipertensi.
Bersama dengan Puskesmas Balas Klumprik, pihak Kelurahan Balas Klumprik dan Dinsos Kota Surabaya, hari Jumat (16/08/2013) pagi, memberikan bantuan langsung berupa sebuah kursi roda sebagai bentuk dukungan kesehatan kepada Yarti. Bantuan tersebut merupakan salah satu bentuk keseriusan Pemkot Surabaya dalam mengayomi Lansia di kota pahlawan ini.
Menurut Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus Dinkes Kota Surabaya, Sufiah Rahmawati, SKM, Pemkot mengetahui kondisi kesehatan yang dialami oleh Yarti berawal saat tim Puskesmas Balas Klumprik menjalankan program homecare atau kunjungan ke rumah pasien yang mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) akibat tindak pemerkosaan.
Nah, disela-sela pemeriksaan tersebut, tim Puskesmas Balas Klumprik juga menemukan Yarti, yang tak lain adalah nenek dari pasien tersebut, yang mengalami kelumpuhan dengan kondisi cukup memprihatinkan.
Pada pertengahan bulan Ramadhan yang lalu, Wali Kota Surabaya, Ir. Tri Rismaharini bersama jajaran Dinkes Kota Surabaya berkesempatan mengunjungi rumah pasien sekaligus merujuk Yarti ke RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya dan menjanjikan untuk memberikan bantuan kursi roda kepada Yarti.
Hal ini diamini oleh Kepala Puskesmas Balas Klumprik, dr. Tri Indah Rachmawati yang juga menangani Yarti dan cucunya yang mengalami KTD mulai dari kehamilan, persalinan, hingga perawatan kepada bayinya. Begitu pula dengan sigap merujuk Yarti ke RSUD BDH Surabaya.
“Jadi sekarang ini, kita (Puskesmas) memberikan pengawasan dan penanganan kesehatan pada bu Yarti dan bayi pasien untuk merehab kembali psikologis pasien supaya kembali pulih,” ujarnya.
Sementara itu, Jumanto (45), mengucapkan terima kasih kepada Dinkes Kota Surabaya telah memberikan kursi roda pada ibunya.
“Alhamdulillah saya merasa senang atas pemberian ini dari Dinkes. Saya lihat warga sini bahkan RT nya juga tidak mau tahu kondisi warganya yang mengalami kesusahan ekonomi seperti saya ini,” ucap putra bungsu bu Yarti ini.
Ia mengaku ibunya lumpuh setelah ditinggal bapaknya meninggal dunia. Awalnya ibunya berjalan pegangan dinding sebagai bantuan berjalan. “Mungkin karena ditinggal bapak meninggal 3 tahun lalu hingga lumpuh sampai sekarang, ditambah lagi penyakitnya hipertensi,” katanya.
Meski Jumanto sendiri mengalami keterbatasan fisik pada tubuhnya yang mengidap polio sejak usia muda, namun semangat untuk merawat sang ibu tak pernah padam. Karena ia sadar, sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga, ia berkewajiban merawat ibunya. (Ian)