Jaring Kesehatan Mental Emosional Siswa-Siswi
Surabaya, eHealth. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (Suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood yang dratis pada remaja ini sering kali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau kegiatan sehari-hari di rumah. Akibatnya remaja mudah frustasi dan stress, sehingga pada pemasalahan remaja banyak ditemukan hal yang menyimpang. Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengadakan sosialisasi formulir screening pada anak sekolah di Kota Surabaya di Graha Arya Satya Dinkes Surabaya hari Senin (25/7).
Beberapa penelitian mengenai Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 bahwa remaja menunjukkan perilaku menyimpang dengan minum alkohol pada usia kurang dari 14 tahun sebanyak 24,4% dan pada usia 15-19 tahun sebanyak 29,2% dan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 meyebutkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada usia lebih dari 15 tahun sebesar 8,7%. Serta lainnya, prevalensi karies dan penyakit periodontal pada anak SD, kelainan refraksi dan kelainan, kelenjar tiroid, hiper pigmentasi, telinga dan status gizi atau anemia gizi.
Anemia gizi sering kali diderita oleh remaja perempuan sebagai akibat diet untuk menjaga penampilannya. Pada usia reproduksi itu sangat berpengaruh ketika ia menginjak dewasa dan mengandung bayi dengan kekurangan gizi.
Tidak hanya itu masih banyak lagi kelainaan yang dialami remaja diataranya, 14% remaja SMP dan SMA mulai merokok di bawah usia kurang 14 tahun, mereka 64% mulai merokok pada usia 15-19 tahun. Serta remaja SMP dan SMA usia 15-19 tahun mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari 18,5 (gizi kurang atau kurus) sebesar 25,3% dan anemia sebesar 26, 5%.
Untuk itu, Dinkes Kota Surabaya berupaya meningkatkan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif dengan kegiatan penjaringan (screening) kesehatan peserta didik mulai dari Siswa SD, SMP dan SMA di 58 wilayah Puskesmas se-Surabaya dengan cara bertahap.
Penjaringan itu dimaksudkan untuk memilah anak yang sehat dan tidak sehat sehingga para guru bisa memetakan kesehatan siswa serta untuk memenuhi upaya pelayanan kesehatan dalam program UKS. ”Pemetaan ini berfungsi untuk memberikan perhatian lebih pada remaja yang mengalami kelainan sikap tersebut dengan baik,” ungkap Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinkes Kota Surabaya, Sufiah Rahmawati, SKM.
Lanjut ia katakan bahwa upaya ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan siswa-siswi secara optimal dan untuk mendeteksi masalah kesehatan secara dini serta data tersebut bisa memberikan informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik dan dapat dijadikan penyusunan program pembinaan sekolah
Penjaringan dengan formulir itu setiap tahun dilakukan, namun pada tahun ini formulir itu diperbarui dengan menambahkan beberapa pertanyaan untuk mendeteksi dini penyimpangan mental emosional remaja. Pertanyaan itu tentang interpretasi, jika siswa menjawab ”ya” maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Jika jawaban itu hanya satu saja maka perlu diintervensi dengan melakukan konseling pada orang tua dan dilakukan evaluasi selama 3 bulan, bila tidak ada perubahan maka akan dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
Khusus untuk kuisioner masalah mental emosional Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) ada 12 pertanyaan. Khusus untuk TK dan SD diisi oleh guru mereka dengan bertanya langsung pada siswa dan siswinya. Sedangkan kuisioner untuk SMP dan SMA terdapat 29 pertanyaan dan diisi sendiri oleh siswa.(Ima)