Jangan Kompres Dengan Air Dingin Bila Kejang Demam

Surabaya, eHealth. Salah satu penyebab kejang demam (stuip/step) adalah tingginya suhu badan. Bila anak mengalami demam tinggi (suhu tubuh antara 38˚C – 40˚C), maka waspadai terjadinya kejang. Tidak menutup kemungkinan anak akan menderita epilepsi apabila tidak ditangani dengan tepat.   

Kejang yang sering terjadi pada anak adalah kejang pada otot, sehingga terjadi kontraksi otot berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Penyebabnya adalah suhu tubuh yang meningkat dan menyebabkan otot-otot pada pangkal tengkorak mengejang. Kejangnya otot pada pangkal tengkorak ini akan menghambat laju oksigen ke otak.

Karena itu orang tua harus pandai membaca ciri-ciri yang terjadi pada anaknya bila kejang demam. Berikut ini adalah ciri-ciri kejang demam:

  1. Bola mata berbalik ke atas, kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan kejut yang kuat dan kejang selam 5 menit;
  2. Gigi terkatup;
  3. Muntah;
  4. Anak berhenti bernafas sejenak;
  5. Terkadang anak tidak bisa mengontrol buang air besar / kecil.

 

Apabila terjadi kejang demam, orangtua tidak perlu panik. Panik hanya akan menambah kekalutan sehingga tidak bisa berpikir jernih untuk mengatasi kejang anak. Berikut ini yang perlu dilakukan ketika anak kejang demam:

  1. Longgarkan pakaian anak agar suhu tubuhnya tidak naik dan tidak menghalangi penguapan.
  2. Kompres dengan lap hangat pada bagian kening dan ketiak. Jangan kompres dengan air dingin, sebab akan mengakibatkan benturan kuat di otak antara suhu panas dengan kompres dingin.
  3. Miringkan tubuh anak, agar ketika anak muntah, muntahannya tidak tertelan dan mengganggu pernafasan.
  4. Jangan memberi makanan/minuman setelah berhenti kejang, karena hanya akan berpeluang membuatnya tersedak.
  5. Setelah anak benar-benar tersadar, beri minuman, makanan berkuah atau buah-buahan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
  6. Beri obat penurun panas ketika suhu tubuhnya ±37˚C.

Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang. Selain itu juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dan terlambat cara penanganannya, dikhawatirkan dapat membahayakan kondisi anak tersebut.(Dot)