Cegah DBD Dengan Jumatik dan Wamantik

Surabaya, eHealth. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini masih menjadi permasalahan yang serius, terutama di kota besar dan berpenduduk padat seperti Surabaya. Oleh sebab itu, pentingnya pemberantasan sarang jentik nyamuk terus digalakkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Hal ini tercermin saat instansi yang beralamatkan di Jl. Jemursari No. 197 ini menggelar rapat pelatihan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) dan Wamantik (Siswa Pemantau Jentik) bersama petugas kesehatan Puskesmas se-Kota Surabaya.

Rapat yang digelar di gedung Graha Arya Satya Husada, hari Selasa (10/5) ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada siswa yang duduk di bangku Sekolah Dasar se-Surabaya sekaligus melakukan pemantauan jentik nyamuk di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Kota Surabaya.

Mengapa pelatihan ini sangat penting? Pasalnya, penyakit DBD tidak akan bisa mengalami penurunan jika program pemberantasan sarang jentik nyamuk ini tanpa adanya kerjasama seluruh lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, peran masyarakat dari segala lini diharapkan mampu bisa mengatasi penyebaran DBD. Hal ini dikatakan oleh DR. F. Sustini, MD, MS, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga saat menyampaikan materinya dihadapan peserta. “Kalau semua tidak bergerak, itu (penurunan DBD, Red) tidak akan mungkin,” tegasnya.

Sampai saat ini, masyarakat yang terkena DBD mayoritas ditemui pada anak usia sekolah, meski orang dewasa pun juga terkena. Berangkat dari sinilah bahwa sekolah menjadi prioritas utama untuk menanggulangi penyebaran DBD.

Nah, rasanya tepat sekali apabila pelatihan ini dapat diterapkan di lingkungan sekolah untuk mewujudkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sejak dini dengan menjadi Siswa Pemantau Jentik (Wamantik). Pelatihan yang sedianya digelar tanggal 21 Mei sampai dengan 4 Juni 2011 mendatang nantinya akan diajarkan untuk mengenal apa itu DBD berikut bahayanya.

Untuk tahap pertama, siswa diberikan pengenalan tentang penyakit DBD, tanda-tandanya seperti apa, dengan risiko bahayanya hingga bagaimana seseorang bisa terkena penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue ini. Lalu yang kedua adalah tindakan apa saja yang harus dilakukan jika seseorang terkena DBD serta bagaimana cara pencegahannya. Selain itu juga diajarkan sifat nyamuk tersebut, seperti ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti, umur nyamuk, cara bertelur, dan wujud jentik-jentik nyamuknya.

Lantas, siswa yang mengikuti pelatihan ini akan diberi sebuah form yang akan diisi setelah ia melakukan aktifitasnya memantau jentik-jentik di lingkungan sekolahnya, yang dimulai minggu pertama sampai minggu kelima. Ketika libur sekolah hari minggu, siswa ini juga tetap meneruskan meninjau jentik-jentik nyamuk di rumah masing-masing. Pada keesokan harinya, form tersebut dikumpulkan dan ditanda tangani oleh orang tuanya.

Meski terkesan sederhana, namun hal ini membutuhkan waktu dan ketekunan, dan juga tingkat kepedulian siswa dan guru pada pelatihan ini juga diukur sebagai bukti akan perilaku hidup bersih dan sehat.

Dalam pelatihan ini, nantinya akan mengundang narasumber dari Universitas Airlangga untuk menyampaikan paparan sekaligus membawa contoh nyamuk Aedes aegypti dan bagaimana pula bentuk jentiknya.

Saat ditemui tim eHealth, DR. F. Sustini, MD, MS menghimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama mencegah DBD. “Jangan sampai kita terkena gigitan nyamuk, terserah pencegahan tersebut mau memakai sistem Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN, Red) ataupun obat nyamuk,” tukas Sustini.

Dengan adanya Jumantik dan Wamantik, siswa diharapkan bisa memiliki rasa kepedulian kesehatan dan kebersihan di lingkungan rumah ataupun disekolah untuk mencegah penyebaran penyakit DBD ini.(Ian)