Antisipasi Data Ganda

Surabaya, eHealth. TB (Tubercolosis) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia, dan sebagian besar negara-negara lain di dunia. Di Surabaya, angkanya semakin meningkat tajam, bukan karena makin banyak penderitanya tetapi banyaknya data pasien TB yang ganda. Untuk itu, Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengadakan Evaluasi dan Validasi Data Pasien TB yang akan dimasukkan dalam software terbaru, sehingga jika ada nama pasien yang sama dan alamat yang sama secara otomatis akan terlihat. 

Hal itu yang dikatakan oleh dr. Ponco Nugroho Bangun FR, Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Surabaya. ”Data tersebut fungsinya sangat banyak, tidak hanya memenuhi akurasi data saja, tetapi juga akan menemukan pasien yang pernah drop out dari pengobatan tertulis kembali, sehingga bisa ditindak lanjuti untuk menuntaskan pengobatannya,” terangnya.

Sehingga pada momen pertemuan tersebut, petugas Puskesmas yang menangani pasien TB membawa data mereka dari TB -01 hingga TB 03.  TB -01 adalah kartu status pasien dari awal berobat hingga selesai dan TB-03 adalah laporan petugas yang diserahkan kepada Dinas Kesehatan yang akan dimasukkan pada software terbaru itu.

Dengan data tersebut, dr. Ponco berharap di Surabaya bisa menjaring atau menemukan 70% dari penderita TB. ”Jika pasien cepat ditemukan, maka secara otomatis penyebab penularan akan bisa dikurangi,” paparnya.

Lanjut ia katakan bahwa pasien TB itu harus melakukan pengobatan selama 6 bulan secara intensif di Puskesmas. Jika Pasien tidak menghiraukan aturan itu, maka pasien akan menjadi kebal terhadap obat sehingga pengobatannya semakin sulit. ”Biasanya pasien itu kalau merasakan badannya sakit baru berobat ke Puskesmas dan setelah merasakan badannya enak, ia berhenti dari pengobatannya, padahal pengobatan TB itu harus tuntas selama 6 bulan,” ungkapnya saat ditemui tim eHealth seusai acara.

Dengan upaya tersebut, diharapkan pasien TB sembuh dan tidak menjadi sumber penularan. ”Pasien TB yang berobat ke Puskesmas itu atas dasar kesadaran sendiri, tidak boleh dipaksa. Oleh karena itu kesadaran itu penting untuk menghentikan sumber penularan,” jelasnya. (Ima)