Faktor Psikologis Bantu Penderita Kanker

Surabaya, eHealth. Obat-obatan bukanlah satu-satunya untuk mengatasi penyakit paliatif. Dukungan psikologis juga sangat dibutuhkan untuk meringankan nyeri penderita paliatif. Tahun 2010 lalu Surabaya sudah mendeklarasikan Surabaya Bebas Nyeri Kanker (SBNK). Kini Surabaya terus konsisten dengan itu, saat ini Dinas Kesehatan Kota Surabaya (Dinkes) mengadakan evaluasi program paliatif yang berlangsung di Aula Graha Arya Satya Dinkes Surabaya, Jl. Jemursari no. 197, hari Selasa (10/12).

Dalam evaluasi ini, hadir sebagai narasumber Dra. L.I. Irmawati Apt. SpFRS. MARS. PGD. HSc (ECU) dari Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSUD Dr. Soetomo Surabaya serta dr. Agus Ali Fauzi dari Instalasi Paliatif & Bebas Nyeri Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSUD Dr. Soetomo-FK Unair.
Pada evaluasi tersebut, Irma memberikan pengarahan seputar manajemen pemberian obat di Puskesmas bagi pasien paliatif. Dikatakan olehnya jika pemberian obat terhadap pasien paliatif sebaiknya lebih di istimewakan karena obatnya itu banyak. Selain itu pasien gampang lupa minum obat.
Ia juga menambahkan jika ada pasien yang tidak hilang nyerinya, tidak harus langsung ditambah dosisnya, di observasi dulu mengenai ketertiban mengkonsumsi obatnya. ”Jangan langsung ditambah dosisnya, di observasi dulu, kalau memang sudah tertib minum obat tetapi masih nyeri baru ditambahkan dosisnya,” terangnya.
Lanjut ia katakan juga bahwa untuk mengantisipasi agar pasien tidak lupa minum obat maka sebaiknya dalam pemberian obatnya diberikan plastik obat yang warna warni sebagai koding. ”Warna itu mudah diingat oleh pasien, sehingga dengan warna itu bisa lebih mudah mengingatnya,” ungkapnya.
Dalam evaluasi itu juga diberikan motivasi oleh dr. Agus Ali Fauzi, agar para pemegang program di Puskesmas tidak patah semangat dalam menangani pasien paliatif. Motivasi yang diberikan ini juga diharapkan untuk bisa diberikan kepada pasien paliatif. Sehingga tidak patah semangat dalam menjalani dihidupnya bersama paliatif yang telah dideritanya.
Ia mengatakan bahwa pegawai yang memberikan servis dengan tulus dan antusias sesuai kebutuhannya atau bahkan melampaui kebutuhannya, sehingga pelanggan merasa puas, kagum, salut atau terharu. ”Pegawai seperti inilah yang dapet pahala,” tuturnya. (Ima)