Perlunya Kontrol Sosial Terhadap Remaja

Surabaya, eHealth. Remaja adalah generasi penerus bangsa. Tidak sedikit yang menganggap hancurnya moral sebuah bangsa disebabkan lemahnya remaja baik dari jasmani (fisik) maupun rohani (mental dan moral). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kapasitas, peran dan membentuk karakter remaja kearah yang positif, Puskesmas Peneleh menggelar acara yang bertema “Program PMKS dan Focus Group Discussion (FGD) Remaja Sehat, Remaja Berkualitas” dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada remaja khususnya di wilayah Kecamatan Genteng agar tidak salah jalan, mengingat banyaknya pengaruh lingkungan yang tidak terkontrol dengan baik.

Acara yang dikemas berupa seminar ini diadakan hari Selasa, (5/7) mulai pukul 09.00 WIB dengan dihadiri 50 remaja yang merupakan perwakilan dari lima kelurahan di Kecamatan Genteng. Kelurahan tersebut yakni Kelurahan Peneleh, Embong Kaliasin, Kapasari, serta Kelurahan Ketabang.

Seminar ini dihadiri oleh tiga narasumber yang mempunyai kompeten di bidangnya, yakni Ridzotullahmad Nurchakim ahli gizi PKM Peneleh, Ade Septian, S.Psi, Psikolog Puskesmas Peneleh serta dr. Hermina dari Dinkes Kota Surabaya

Dalam materi pertama yang disampaikan oleh Ade Septian, remaja merupakan masa peralihan diantara masa anak-anak hingga dewasa yang dimulai antara usia 12-21 tahun. Fase tersebut sangat penting dalam perkembangannya sebagai penerus bangsa. Remaja dengan segudang aktivitasnya, dimana sangat rentan dalam proses pencarian jati diri. Rentan dalam arti masih belum stabil emosinya saat menghadapi berbagai masalah yang kerap terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, lanjut Ade, sangat penting untuk mendampingi dan membina remaja ke arah yang lebih baik dari segi kesehatan fisik maupun psikologisnya.

Lantas bagaimana dengan remaja sehat? Menurut Ade, remaja sehat itu remaja yang sehat jasmani dan rohani, dapat melakukan tugas-tugas dengan baik, tumbuh dan berkembang sesuai dengan [ertumbuhan usianya (tidak terlalu cepat atau lambat) dan memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang tua maupun di luar lingkungan keluarganya.

Untuk makanan dan minuman sehat, tentu berpengaruh pada perkembangan remaja. Pola dan cara makan yang kurang sehat dapat mengganggu perkembangannya, karena kurang terpenuhi zat gizi yang penting bagi kesehatannya. Pikiran tidak sehat dapat muncul, sebagai akibat arus informasi negatif yang tidak diimbangi filter yang baik dan lingkungan yang tidak kondusif. Pergaulan  yang buruk serta stress yang cukup tinggi, juga dapat menyebabkan pikiran tidak sehat.

Saat di wawancarai tim eHealth mengenai perkembangan remaja di Surabaya, Ade menjelaskan bahwa kondisi pergaulan remaja di Surabaya sangat mengkhawatirkan. Tak sedikit media cetak atau elektronik yang kerap memberitakan kasus maraknya trafficking pada pelajar, pemakaian Napza atau Narkoba pada remaja. “Begitu juga dengan masalah kecanduan online internet, tak sadar bisa mengganggu psikologi kita,“ kata Psikolog dari Puskesmas Peneleh ini menjelaskan.

Meski tergolong ringan, kecanduan akan situs jejaring sosial seperti twitter, Facebook yang kian menjamur di masyarakat ternyata bisa menimbulkan dampak tidak baik dalam aktifitas sehari-hari. Bagi yang kecanduan akan terserang sisi psikologisnya karena merasa tidak dapat hidup atau ada yang kurang tanpa melakukan aktifitas online tiap hari, durasi dan frekuensi yang berlebihan sehingga tugas sekolah menjadi terabaikan.

Lebih parah lagi, banyak ditemui remaja yang masih duduk di bangku sekolah mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) atau hamil di luar nikah. KTD merupakan akumulasi dari berbagai perilaku remaja yang menyimpang, seperti pacaran yang “kebablasan.” Perilaku negatif ini akibat maraknya peredaran film porno yang gampang sekali di download atau diunduh yang tersebar baik melalui internet, seluler maupun gadget lainnya. Dan yang mengkhawatirkan, remaja ini lebih percaya dengan teman sebayanya tanpa menyaring saran itu berdampak baik atau buruk. “Kata temannya yang beranggapan bahwa “bercinta” sekali saja tidak akan terjadi kehamilan,” ujar pria alumnus Psikologi Unair yang geram atas ulah menyimpang seperti ini.

“Mereka (remaja) juga selalu tidak percaya dengan saran orang tua, mereka lebih percaya kepada temannya,” imbuh Ade.

Untuk itu, solusinya yakni perlu adanya pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan jangan berpacaran yang berisiko tinggi. Memberikan pengetahuan bahaya Narkoba dan bagaimana cara mencegahnya dengan melakukan berbagai kegiatan dan hobi yang bersifat positif. Katakan tidak jika ada yang menawari untuk menggunakan Narkoba.

Sedangkan untuk mengatasi online addiction, batasi waktu dalam melakukan aktivitas online. Tanamkan pikiran bahwa online hanyalah aktivitas rekreasi semata, bukan aktivitas utama dalam kehidupan. Menjadi remaja sehat berkualitas harus memiliki pola hidup yang sehat, kegiatan dan hobi yang positif, serta tingkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.(Ian)

Â