Edo: “ Kini, Saya Ingin Menebus Kesalahan “
Surabaya, eHealth. Pria yang sehari-hari bertugas di Puskesmas Peneleh ini sangat akrab dengan ibu-ibu Balita. Keluar masuk kampung untuk mengunjungi Balita yang menderita gizi buruk, bagi pria 27 tahun ini sudah terbiasa. Hatinya merasa terpanggil ketika mendapatkan Balita yang mengalami gizi buruk karena kurangnya asupan makanan yang bergizi. Akhirnya, melalui program Mother Class yang dirintisnya bersama dengan Puskesmas Peneleh, ia mampu mengentaskan derita Balita gizi buruk ini. Tanpa disadari, berkat program Mother Class inilah, ia meraih Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Nasional kategori Ahli Gizi di tahun 2010.
Saat di bangku SMA, pria yang bernama lengkap Ridzotullachmad Nurchakim yang akrab disapa Edo ini tidak menduga akan menekuni pekerjaan di bidang gizi. Yang ada dalam benaknya adalah sangat menyukai bidang kesehatan, sehingga selepas SMA ia langsung meneruskan pendidikan ke DIII Politeknik Kesehatan Malang.
Setiap hari, ia blusukan dari kampung ke kampung untuk mencari Balita yang mengalami gizi kurang maupun buruk dan memberikan pengarahan dan pendampingan kepada ibu Balita agar anaknya “mentas” dari kondisi tersebut. Ia mengaku, penyuluhan kesehatan pada ibu Balita memang merupakan bagian dari hobinya. Edo merasa bangga dapat membantu permasalahan ibu dengan Balitanya yang mengalami gizi buruk.
“Saya senang aja sih memberikan penyuluhan seperti ini kepada ibu Balita,” jelasnya saat ditemui tim eHealth setelah memberikan presentasi dalam acara Mother Class di Puskesmas Peneleh yang kali ini dihadiri oleh bapak Balita.
Saat ditanya apa yang memotivasi adanya program Mother Class yang ia kreasikan bersama Puskesmas Peneleh, Edo mengaku prihatin melihat Balita yang mengalami kekurangan gizi. Ditambah lagi, ia merasa senang bersosialisasi dengan masyarakat, apalagi melakukan penyuluhan seperti di Posyandu. Dan satu lagi, program Mother Class ini dijadikannya sebagai “penebus dosa” saat dirinya diikutkan konselerasi selama 10 hari yang berkurikulum WHO (World Health Organization/Badan Kesehatan Dunia) saat awal menjadi PNS. Dari konselerasi itulah, Edo merasa bersalah. “Aku merasa berdosa karena sudah menjebak beberapa ratus bayi untuk tidak minum ASI,” tukas pria yang baru saja dikaruniai seorang putera ini. Tentunya, saat itu Edo masih bekerja di salah satu produk susu formula.
“Waktu itu aku emang ga ngerti (manfaat ASI, Red) di kuliah pun pembahasan tentang ASI hanya sedikit,” jelas alumnus Poltekkes Kemenkes Malang ini menambahkan. Berangkat dari itu semua, akhirnya ia ingin membuat sebuah forum ibu Balita yang salah satunya membahas secara detail mengenai ASI dan manfaatnya. Namun, sementara ini ia masih memprioritaskan Mother Class dulu.
Menurut Edo, cara menanggulangi gizi buruk yang dilakukan oleh pemerintah selama ini masih ada kekurangan. Untuk melengkapi program Dinkes Kota Surabaya tahun 2009 yang melakukan pendampingan kepada Balita gizi buruk, Edo memaparkan bahwa dalam penanganan gizi buruk tak cukup hanya diberi susu saja. Selain pemberian susu, ternyata ada yang jauh lebih penting saat menangani gizi buruk, yakni merubah mindset (pola pikir) yang baik kepada orang tua Balita. Merubah pola pikir ini akan berpengaruh dalam menghasilkan perilaku yang benar. “Untuk merubah mindset membutuhkan input yang baik. Pengetahuan yang baik membutuhkan input edukasi yang baik pula,” tuturnya.
Tidak gampang merubah perilaku tiap orang. Ketika mengawali program ini, untuk menumbuhkan rasa ketertarikan orang tua Balita membutuhkan proses yang cukup panjang. Merubah perilaku seseorang tak semudah membalikkan telapak tangan. “Dulu jalan (membuat program Mother Class) nya memang susah. Kalau ga disuruh datang, mereka (ibu Balita, Red) ga mau datang,” tukas Edo. “Itupun ibu-ibu Balita datang hanya karena melihat ada uang transport,” cetus Edo yang juga beristri seorang ahli gizi.
Lambat laun, dari perjalanan Mother Class memiliki kemajuan berupa peningkatan mindset ibu-ibu terhadap program yang digelar dua kali dalam sebulan ini. Rasa ketertarikan dan kebutuhan akan pengetahuan akhirnya mulai muncul. Hal ini ditunjukkan dari absensi tiap pertemuan yang semakin hari semakin meningkat. “Sekarang, justru mereka yang membutuhkan. Kalau libur tidak ada Mother Class, ibu-ibu ini kerap menanyakan kapan ada pertemuan lagi,” jelasnya.
Saat menjalankan program Mother Class di tahun 2008 – 2009, Edo menyadari kalau program ini membutuhkan dana yang cukup besar. Salah satunya adalah pemberian uang transport bagi ibu Balita, sebab mayoritas peserta Mother Class sebagian besar bekerja di sektor informal seperti buruh. Paling tidak, pemberian uang transport ini sebagai pengganti hari kerja ibu Balita tersebut.
Dalam pelaksanaan Mother Class, dijelaskan berbagai hal mengenai peranan ibu untuk meningkatkan gizi dan tumbuh kembang buah hatinya, seperti pemberian materi tentang gizi, pemberian susu tambahan, hingga demo masak makanan sehat dengan mengajarkan bagaimana cara mengolah sayur dan masakan lainnya yang mempunyai kandungan gizi seimbang serta disukai oleh anak-anak.
Dari sekian langkah tersebut, tentunya program Mother Class membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untungnya, menginjak tahun 2010 berbagai bantuan pun mengalir ke Puskesmas Peneleh, seperti pendampingan dari salah satu LSM yakni LSM Wahana Visi Indonesia, dan bantuan selanjutnya dari program CSR (Corporate Social Responsibility) BUMN yakni PT. PG Rajawali Surabaya.
Saat ditanya mengenai penjelasan apa yang sulit diterima oleh ibu Balita, Edo mengaku susah memberi penjelasan mengenai pentingnya ASI Eksklusif. Faktor ini disebabkan biasanya ada mitos kuat yang mengakar di benak ibu Balita. “Bayi tidak kenyang kalau tidak diberi ASI,” kata Edo menirukan penuturan ibu-ibu.
Mitos yang berkembang seperti ini berasal dari kebiasaan, tingkat pengetahuan, dan budaya yang berkembang di masyarakat. Ia pun mencontohkan mitos lain seperti ASI yang keluar pertama kali yang berwarna kuning itu racun dan harus dibuang, lalu bayi juga harus dikasih madu supaya tubuhnya kuat.
“Padahal itu semua salah besar,” kata Edo, “Harusnya bayi mulai usia nol sampai enam bulan wajib diberi ASI Eksklusif,” imbuhnya. Edo menuturkan, setelah enam bulan, bayi baru bisa diberi makanan tambahan yang disebut ASI pendamping.
Peran kader Posyandu
Dibalik kesuksesan seorang Ridzotulachmad Nurchakim dalam menjalankan program Mother Class, tidak lepas dari peran kader Posyandu. “Kader adalah orang-orang luar biasa,” kata Edo memuji. Edo merasa tidak akan bisa meraih penghargaan apabila tidak dibantu oleh rekan-rekan kader. “Mereka (kader Posyandu, Red) adalah pengemban tugas mulia dalam melayani kesehatan masyarakat. Mereka tanpa digaji, namun bisa meluangkan waktunya demi kesehatan masyarakat.”
Sosok kader bagi Edo adalah sosok yang perlu diteladani, kader juga sebagai inspirasinya dikala mengalami patah semangat. ”Berkat melihat kader, semangat saya mulai naik lagi,“ jelas Edo. Tak cukup hanya dari itu saja, ia yang gemar membuat acara-acara kesehatan di Puskesmas Peneleh ini memberikan apresiasi terhadap kader pada acara Puskesmas Peneleh Award yang digelar setiap tahunnya, kader juga diberikan seminar short motivation sebagai penunjang kinerjanya sampai lomba-lomba antar kader Puskesmas Peneleh seputar profil dan keunggulan Posyandunya masing-masing.
Kepedulian Edo terhadap kesehatan tak berhenti di kawasan Peneleh saja. Ketika pada naik bis jurusan Malang untuk pergi menengok keluarganya, Edo selalu berbincang apabila bertemu dengan ibu Balita dan kerap bertanya tentang ASI. “Saya sering menanyakan ASI kepada ibu yang bersama anaknya yang masih kecil. Dan semua ini refleks, dihati saya sangat ingin membantu,” tukas Edo.
Tanpa disadari, hasil kegigihan Edo yang sangat membantu masyarakat dalam masalah kesehatan. program Mother Class telah mengantarkannya ke Istana Negara dan bertemu Presiden RI di tahun 2010 setelah menjadi Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Nasional. Terlebih, ia juga bangga karena program yang dirintisnya kini dijadikan Dinkes Kota Surabaya sebagai program wajib bagi seluruh Puskesmas di kota pahlawan ini.
Di akhir wawancara, saat ini Edo tengah menyusun inovasinya yang lain, yakni pemberdayaan ekonomi keluarga dengan menggandeng sponsor yang menitikberatkan pada peran bapak. Program ini lebih dikhususkan kepada keluarga yang kurang mampu agar ada peningkatan ekonomi.(Ian)
“
“Mengenai PNGLAMAN mngtasi ibu2 yang paling sulit adlh penjelasan ttg ASI. Biasanya sulit pnjlsan pada ibu,. krna pngethuan, budaya, mitos. Anak ga kenyang klo g diksh nasi. asi. Susu partama kuning harus dibuang katanaya racun,. Pdhal itu penting,. Msalh dikash madu biat kuat stelah lahir. Kandungan gizi 2 hari sudh dikash nasi. Kandungan gloukosa nya lebih bagus. asi utk 0 sampai 6 belan. Slma 6blan dksh makan pendamping asi namanya. Periode ekslusif sdh aman, asi stlh 2 thn nutrisinya berkurang. Ketemu di bis dan di bank, ada warung deepan saya tanya stlah ia melahirkan anaknya sdh diksh 2hari nasi.
Mengenai ttg kader. Kader posyndu mnrtku luar biasa, mulia bangt tanpa digaji bisa meluangkan wktunya utk melayani msyuarakat. Nyata dia bermnfaat untuk masyrakat. Kader tanpa topeng,. Kder juga inspirasi sya. Semnagat tdk naik turn. Melihat kder smngat kita bsa naik lagi. karna itu kami ga egan2 ksh peneleh award. Ada seminar motivasi untuk kader, ada utk lomba kader salahs tu mmmbina, dgn mempresentasikan posyandunya membaca kondisi posyandu mrka. Ada studi bnding bbrpa kader .
Dukungan ke nbasional bukan kyaryaku sendiri,. Diblakang banyak yang bantu, smua ku krjain sndri ga bsa. Kluarga, saya bangga di peneleh krna kapusnya bisa menerima ide2 kreatifitas, mau memfasilitasi, kalau ga kader saya ga bisa menemukan gizi buruk,.pesen terhdp anak
Mother class dari lahir tahun 2008 sdh dimuali Cuma blm ada sponsor msh acintal kalau ada dana baru aa acara. Kiat jdikan pljaran mncrai moted yng tepat untuk cara mengajar materi ini apakh ibu2 nya suka. Tahun 2009 dua kali tpi dananya masih mepet. Tahun 2010 mulai gencar ada LSM yng mendanai wahana visi untuk biayai full. Tahun 2011 da perkembangan lagi ada pabrik gula pt.rajawali untuk mensopsnri dulu sehingga lebih bsar takaran juga lbh banyk kmrin ada 18 anak gizi kurang dan gzii buruk. skrg ada 50 lbh gizi anak dan buru.
Inspirasi dari mother. Pertama suka dengan penyuluahn lsgnung pad msyrakat. Suka itu ngumpul sama maysrakata. Ibu atau bpk. Kyk diposyandu gtu.
Saya merasa prsaan bverdosa dulu wktu kerja di susus frmula bgamaimana bisa naik. Kpntingan bisnis perhsaan. Mlngkapi program dinkes . waktu itu memang aku ga ngrti, kuliah juga tdk trllu detail ttg mmbahs asi. Tpi aku pnya komitment stiap ktmu ibu menyusui kalau permslaha asi belum tentu ada tpi mrka ga tahu. saya ingin mempunyai forum berkmupukl trutma ibu gizi buruk spya ditoptimalkjan.
Senang bersosialisasi masyrakt. Suka pnyluhan. Utk menebus klsalaham juga,.
Melengkapi program dinkes 2009. Karena pkirankua. Gizi buruk tak cukup diberi susu aja. Dulu begitu, maslah perilaku,. Merubah mindset agar perilaku bener, untuk mengubah mindset bth input pnegetahuan. Untuk bth pengthuan yang baik bth eduksai yang baik. menghbha perlikau itu tak gampang. Ngmng ke ibu2 klau ini penting. Awalnya merka datang itu dsruh. Hanya untuk transport. Merbah itu ksltan. Mereka ksini ga dsruh,. Terbukti liat absensi penuh, smakin tepat waktu jadi merka sdha trtarik kadang kalau libur mereka tanya. 2 kali dalm 1 bln.
Mother class memang mmbtuhkan dana lumayan cukup besar. mreka mestinya dpt transport. Tpai kita ga mendidik merka hanya uang artinya 1. Uang sebagai pengganti ibu-ibu krna mereka juga ada yg bekerja buruh cuci. Dia tidak bekerja krna memilih mother class,2 membel;I susus tambahan. Makan siang untuk demo masak btuh . 2008 2009 btuh dana. Mngkin krna belum ada yang tertarik, jadi 2010 kami mangjukan proposal,. Banyka CSR atau LSM yang masuk.