Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Cepat Ambil Solusi ketika Masalah Melanda

Cepat Ambil Solusi ketika Masalah Melanda

Surabaya, eHealth. Lomba Posyandu Smart and Healthy telah memasuki babak 15 besar, tim juri telah memilih 15 Posyandu terbaik dari 93 Posyandu yang telah mengikuti lomba Posyandu Smart and Healthy tahun 2011. Pada hari ini Senin (19/9), tim juri mengunjungi Posyandu Rajawali yang kedua kalinya. 

Temukan Solusi dengan Strategi Rapat

Temukan Solusi dengan Strategi Rapat

Surabaya, eHealth. Sepasang Barongsai siap melakukan atraksinya untuk menyambut kedatangan tim juri yang kedua kalinya dalam Lomba Posyandu Smart and Healthy tahun 2011 itu di Posyandu Melati II Kelurahan Kapasari, Kecamatan Genteng. Tim Barongsai yang menyambut tim juri ini merupakan warga sekitar yang turut berpartisipasi 

Gencarkan Sosialisasi fungsi Posyandu

Gencarkan Sosialisasi fungsi Posyandu

Surabaya, eHealth. Gelaran Lomba Posyandu Smart & Healthy Tahun 2011 kini memasuki babak kedua atau babak 15 besar. Dalam babak kedua lomba yang dimulai sejak bulan Maret 2011 ini, Posyandu Diponegoro III Kelurahan Romokalisari menjadi Posyandu pertama dari 15 Posyandu yang dinilai oleh tim juri.

Untuk pertama kalinya juga, Posyandu yang terletak di kawasan industri yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik masuk ke dalam 15 besar lomba Posyandu Smart & Healthy. Dalam penilaian yang dilaksanakan hari Jumat (16/9) ini, tim juri yang berjumlah 5 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Akademi Gizi, TP PKK Kota Surabaya, LSM Spektra, dan LSM Wahana Visi ini menggunakan sistem simulasi untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang kerap dialami oleh Posyandu.

Untuk menjawab pertanyaan berupa studi kasus dari tim juri, Posyandu Diponegoro III juga mengundang tokoh masyarakat serta lintas sektor untuk membantu dukungan dan turut memberikan solusi mengenai permasalahan yang dialami Posyandu Diponegoro III, baik permasalahan dari kader, Balita maupun ibu Balita itu sendiri.

Salah satu permasalahan yang penyelesaiannya diambil dengan cara “duduk bersama” lintas sektor ini yang pertama adalah adanya N/D yang masih belum seimbang, yakni jumlah N kurang daripada D. Dalam istilah Posyandu, N/D adalah perbandingan dari kenaikan Berat Badan Balita yang datang ke Posyandu dengan jumlah Balita yang datang ke Posyandu. Jadi, terdapat berat badan Balita yang datang ke Posyandu mengalami penurunan, dikatakan dalam studi kasus ini terdapat 50 Balita yang mengalami penurunan berat badan.

Dalam simulasi tersebut, beberapa peserta bergantian untuk memberikan masukan dan saran, seperti yang dilakukan bidan Mei yang mengatakan sebenarnya kehadiran ibu Balita ke Posyandu sudah bagus, hanya karena saja dalam beberapa bulan terakhir ini peningkatan berat badan Balita masih saja kurang.

Ada beberapa faktor penyebab mengapa berat badan Balita sulit naik, yakni kurangnya perhatian ibu Balita pada pola makanan, mengingat disini orang tua Balita kerap memberikan makanan yang sama, sehingga tidak ada variasi untuk menunjang gizi Balita tersebut.

“Hal ini disebabkan pemberian makanan ke anaknya hanya itu-itu saja. Padahal, pertemuan di Posyandu sudah diberi wawasan seputar makanan sehat. Juga ada demo masak yang sering diadakan oleh Posyandu,” tambah Mei yang merupakan bidan dari Puskesmas Sememi.

Hasil pemantauan sejauh ini, dikatakan Mei salah satu pengaruh tingkat N/D turun karena kurangnnya perhatian orang tuanya yang sibuk mencari nafkah tiap hari bekerja di pabrik di kawasan Romokalisari.  

Sedangkan studi kasus yang kedua adalah permasalahan pemerataan kemampuan kader.

Mei menganggap pihak Puskesmas Sememi telah berusaha dan tak henti-hentinya dalam pemberian materi kesehatan mengenai pola makan dan pola asuh yang benar terhadap ibu Balita. Kemungkinan tiap kader memiliki karakter yang berbeda, ada kader yang aktif dan tanggap menyerap materi, namun ada pula kader yang penyerapan materinya biasa-biasa saja.

“Semuanya memang kembali lagi di individu tiap kader. Memang tidak sama ada kader yang selalu aktif dalam segala hal ketika menyerap materi. Sebenarnya sudah diterapkan rollingan tiap kader supaya bisa merasakan 5 meja di Posyandu,” katanya.

Ketiga, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai fungsi Posyandu sebagai pemantauan tumbuh kembang Balita ataupun pelayanan KB.

“Masyarakat sebetulnya sudah paham mengenai fungsinya,” kata bidan Mei. Ia mengungkapkan ibu Balita disini sangat aktif. Ada sebanyak 40 orang yang biasanya hadir di Posyandu. Kalaupun ada yang tak hadir hanya 3 sampai 4 orang saja.

Ditambahkan Mei berharap solusinya adalah lebih ditingkatkan lagi sosialisasinya kepada masyarakat mengenai pemahaman fungsi Posyandu yang sebagai layanan kesehatan. Begitu juga peran kader  sebagai tangan panjang dari Puskesmas pada masyarakat. Sembari menutup wawancara, Mei berharap dana PMT dari Dinkes tetap dipertahankan sebagai dukungan materi untuk membantu permasalahan di Posyandu.(Ian)