Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Tidak Ada Masker, Gunakan Kain dari Baju

Tidak Ada Masker, Gunakan Kain dari Baju

Surabaya, eHealth. Letusan Gunung Kelud menimbulkan sebaran abu sejauh ratusan kilometer, sejak malam bahkan hingga jam-jam aktifitas manusia di pagi hari. Bagaimana menjaga kesehatan di tengah kepungan paparan abu vulkanik? Paparan abu di udara umumnya mengganggu kesehatan mata, hidung, dan tenggorokan. Paparan abu dalam waktu 

Waspada ISPA dan Pneumonia

Waspada ISPA dan Pneumonia

Surabaya, eHealth. Saat ini, salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek, namun jika ISPA yang berkelanjutan akan menjadi Pneumonia. Penyakit ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut 

Ketahui Penanganan Saluran Pernafasan dan Neuropati

Ketahui Penanganan Saluran Pernafasan dan Neuropati

Surabaya, eHealth. ”Saluran Pernafasan Bagian Atas” dan ”Penyakit Sistem Otot dan Jaringan Pengikat” masih menempati urutan pertama dan kedua penyakit yang diderita masyarakat di Surabaya. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengadakan pertemuan untuk penanganan kasus terbanyak di Puskesmas. Pertemuan itu berlangsung di Graha Arya Satya Husada Dinkes Kota Surabaya, hari Rabu (27/9).

Berdasarkan data dari Dinkes Kota Surabaya, saat ini penyakit saluran pernafasan bagian atas menduduki peringkat teratas dengan jumlah 650.217 penderita atau 41% serta penyakit yang menyerang sistem otot dan jaringan pengikat menduduki peringkat kedua dengan jumlah 190.341 penderita atau 12,02%.

Data ini dikemukakan oleh dr. Winariani K, Sp.P (K), MARS dari Departemen/SMF Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya saat memberikan materi mengenai penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernafasan Atas dihadapan dokter dari 58 Puskesmas se-Kota Surabaya.

Ia menjelaskan, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi akut yang melibatkan saluran pernafasan bagian atas, yakni hidung, sinus dan faring atau laring. Sehingga bisa terjadi Tonsilitis, Faringitis, Laringitis, Sinusitis, Otitis Media maupun flu biasa.

Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas, tetapi terkadang disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebabkan ISPA, sehingga sering kali ISPA menular dan menyebar dari orang ke orang dengan menghirup droplet pernafasan dari batuk atau bersin. Transmisi juga dapat terjadi dengan menyentuh hidung atau mulut dengan tangan atau benda lain yang terkena virus.

Untuk menghindari ISPA, dr. Winariani menyarankan untuk menghindari beberapa faktor risikonya. Seperti halnya mencuci tangan dan meminimalkan kontak dengan penderita ISPA serta menghindari rokok.

Langkah pencegahannya yakni berhenti merokok, mengurangi stres, diet seimbang dan olahraga teratur. Hal itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko terjadinya infeksi. Selain itu, menyusui juga membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi dengan memindahkan antibodi pelindung dari susu ibu untuk bayi serta mencuci tangan terutama pada musim dingin (musim gugur dan musim dingin).

Pada kasus penyakit terbanyak kedua setelah ISPA adalah sistem otot dan jaringan pengikat, untuk itu diberikan materi mengenai Neuropati oleh dr. Hanik Badriyah Hidayati Sp.S dari Departemen Neurologi RSUD Dr. Soetomo. Dijelaskan olehnya bahwa Neuropati adalah proses patologi yang mengenai saraf perifer berupa proses demielinisasi atau degenerasi aksonal atau kedua-duanya.

Dengan kedua materi itu diharapkan dokter pelaksana balai pengobatan di Puskesmas bisa menyelesaikan pengobatan di Puskesmas, sehingga tidak sampai merujuk ke Rumah Sakit, sehingga Rumah Sakit tidak terjadi overload.(Ima)