Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

BLF dan ORI Cegah Rantai Penularan Difteri

BLF dan ORI Cegah Rantai Penularan Difteri

Surabaya, eHealth. Guna memutus rantai penularan dan mencegah semakin luasnya kasus Difteri di Jawa Timur, khususnya di Kota Surabaya, Dinas Kesehatan Kota Surabaya melaksanakan program Back Lock Fighting (BLF) dan Outbreak Response Immunization (ORI) di Kota Surabaya yang telah dimulai sejak tanggal 18 Oktober – 

Dapat Timbulkan Kematian Jika Tidak Ditangani Dengan Segera

Dapat Timbulkan Kematian Jika Tidak Ditangani Dengan Segera

Surabaya, eHealth. Salah satu ciri-ciri penyakit Difteri adalah nyeri tenggorokan dan sakit saat menelan, disertai dengan demam tinggi. Difteri disebabkan oleh bakteri, menyerang segala usia terutama Balita yang belum diimiunisasi. Apabila tidak ditangani lebih lanjut, kuman penyebab Difteri ini dapat menimbulkan racun yang sangat berbahaya 

Lakukan Upaya Pencegahan Dengan Back Lock Fighting

Lakukan Upaya Pencegahan Dengan Back Lock Fighting

Surabaya, eHealth. Terkait dengan adanya penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini termasuk Kota Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya melakukan berbagai upaya pencegahan penyebaran penyakit Difteri.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya dr. Esty Martiana Rachmie mengatakan, upaya pencegahan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang salah satunya adalah Difteri di Kota Surabaya ini sebenarnya bukanlah gerakan reaksioner, tetapi upaya ini telah tersistem dan dilakukan secara terus-menerus, bahkan sebelum Jawa Timur menetapkan sebagai KLB.

Sedangkan terkait dengan instruksi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur perihal penanggulangan penyebaran penyakit Difteri, instansi yang beralamatkan di Jl. Jemursari No. 197 ini melaksanakan upaya pencegahan melalui back lock fighting.

Kadinkes Kota Surabaya menuturkan, back lock fighting adalah upaya untuk mencari anak-anak di Kota Surabaya yang belum mendapatkan imunisasi Difteri, kemudian mendata dan memberikan imunisasi bagi anak dengan usia 0-3 tahun.

“Pertama, kita mendata dari anak-anak di tiap Posyandu, dilihat juga status imunisasinya, jadi ketika status imunisasinya tidak lengkap, maka saat itu juga kita langsung berikan imunisasi,”ujar dr. Esty.

Sedangkan penanganan yang kedua ialah jika ditemukan penderita dengan kasus Difteri dan sudah ditangani oleh Rumah Sakit, maka Dinkes Kota Surabaya mencari alamat penderita tersebut. Dari situ dilakukan upaya preventif dengan melakukan ORI (Outbreak Responsive Immunization) untuk kelurga serta warga di sekitar penderita tersebut. “Jadi lingkungan disekitar penderita tadi kita lakukan imunisasi,” lanjutnya.

Alumnus Fakultas Kedokteran UGM ini menambahkan, selama tahun 2011, di Kota Surabaya ditemukan 43 kasus Difteri dengan 1 orang meninggal dunia. Sedangkan di tahun 2010 terjadi 50 kasus serupa dengan 7 orang meninggal dunia. Dilihat dari data tersebut yang cenderung turun dari tahun 2010, Kadinkes mengungkapkan sebenarnya Kota Surabaya telah melaksanakan upaya pencegahan kasus Difteri secara sistematis.

Ia lantas mengatakan alasan mengapa Surabaya juga dimasukkan sebagai daerah dengan status KLB Difteri. “Dilihat dari angka (kasus Difteri tahun 2011, Red) memang besar, tetapi tolong diingat bahwa 43 kasus tersebut dari jumlah penduduk (Kota Surabaya) yang jumlahnya mencapai jutaan,” ujarnya.

Selain itu, penderita Difteri, khususnya Balita yang didiagnose mengidap penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae ini sebagian besar bukan berasal dari Kota Surabaya, sehingga tidak mendapatkan imunisasi di Surabaya dan kemungkinan juga tidak mendapatkan imunisasi di daerah asalnya.

Oleh karena itu, Kadinkes menganjurkan kepada masyarakat agar memantau kondisi kesehatannya ke Puskesmas dan membawa putra-putrinya ke Posyandu terdekat dan segera laporkan jika menemui gejala yang menyerupai Difteri. Untuk mengetahui bagaimana penyakit Difteri, gejala dan cara pencegahannya, klik disini. (And)