Renovasi Total Demi Mutu Terbaik
 Surabaya, eHealth. Untuk pertama kalinya Puskesmas Kebonsari menjalani penilaian sebagai proses meraih sertifikasi International Organization of Standardization (ISO) 9001:2008 pada hari Senin (25/7). Tim dari Worldwide Quality Assurance (WQA) yang beranggotakan dr. Harry Parathon, SpOG (K), dr. Dzulkifli Mahmud, M.Kes, Msi, dan Herry Widodo hadir untuk menilai Puskesmas yang berlokasi di Jl. Kebonsari Manunggal No. 30 Surabaya tersebut.
Disambut dengan lagu “Bagimu Negeri” yang dibawakan oleh para staf Puskesmas, Kadinkes dr. Esty Martiana Rachmie mengungkapkan harapannya agar Puskesmas Kebonsari mampu menjadi Puskesmas yang lebih baik dengan adanya penilaian ISO untuk pertama kalinya ini, meneruskan jejak 18 Puskesmas yang telah lebih dulu mendapatkan sertifikat ISO.
“Mendapatkan sertifikat ISO bukan tujuan utama. Karena sertifikat ISO hanyalah sarana untuk menjadi lebih baik dalam segala hal yang ada di Puskesmas,” tutur dokter yang kini juga menjabat sebagai Plt. Direktur RSUD Dr. Soewandhie ini.
Dalam kunjungannya ke Posyandu Balita “Kelengkeng” di Kelurahan Kebonsari, dr. Dzulkifli mengungkapkan kekagumannya akan status Posyandu Mandiri yang disandang oleh Posyandu tersebut. Beliau memuji Ketua Posyandu, Juwariyah, yang juga menjabat sebagai Ketua Kader Posyandu dan Bunda Paud, yang sudah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) di Posyandunya.
“Saran saya hanya perhatikanlah perbaikan PK/IK/sasaran mutu Posyandu, antara lain pengisian register, penentuan sasaran mutu, dan jumlah sasaran mutu,” saran pria yang akrab disapa dr. Dzul ini.
Tidak hanya Posyandu Balita, Posyandu Lansia Wiguna Budi Mulia, yang diketuai oleh Widodo, juga mendapat pujian karena sudah menerapkan SMM. Di samping kegiatan normal Posyandu, warga di lingkungan Posyandu juga aktif melaksanakan pemberdayaan usaha berupa pembuatan sari kedelai.
Puskesmas yang membawahi 84 Posyandu Balita dan 5 Posyandu Lansia ini hanya memiliki satu buah temuan minor, yaitu penyimpanan reagen di refrigerator (kulkas) yang tidak terkendali. “Tidak ada termometer dan pencatatan,” sesal dr. Harry. “Ini memang hal sepele, namun staf sangat perlu untuk mengecek suhu kulkas setiap harinya.” Selain itu, dr. Harry juga menjelaskan perbedaan IK dan PK, yang rupanya masih ditanggapi secara rancu oleh staf Puskesmas.
Ditanya oleh tim eHealth tentang persiapan dalam menyambut ISO, dr. Adhenik Purwo, Kepala Puskesmas yang membawahi 4 Kelurahan yaitu Kebonsari, Pagesangan, Jambangan, dan Karah ini mengatakan bahwa keinginan untuk meng-ISO-kan Puskesmasnya sudah ada sejak lama.
“Sudah ingin memperbaiki mutu Puskesmas sejak mengikuti studi banding ke Jakarta tahun 2005, yang saat itu sangat mengesankan kami disebabkan oleh kerapian administrasi dan dokumentasinya,” kata dr. Adhenik. “Kebetulan pada awal tahun ini kami mendapat dana dari Dinas (Kesehatan Surabaya, Red). Maka sejak Februari kami mulai menata, merenovasi ruangan-ruangan, membuat kamar mandi, memperluas gudang obat, menyatukan loket dan kasir, pokoknya bongkar sana bongkar sini,” lanjutnya sambil tertawa renyah.
Lebih lanjut ia menekankan bahwa hampir tidak ada kesulitan dalam melakukan perombakan yang hampir total ini. “Masalah paling-paling hanya saat menyatukan visi dan misi antara 50 staf Puskesmas,” jelas dr. Adhenik. “Persiapan ISO ini sangat menyita waktu, mengharuskan mereka mengorbankan segalanya termasuk keluarga. Bahkan ada yang sampai sakit.”
Meski demikian, para staf tetap bekerja keras dan saling mendukung satu sama lain, sehingga ketika dr. Harry Parathon, SpOG (K) mengumumkan bahwa Puskesmas Kebonsari layak menyandang sertifikat ISO 9001:2008, sorak sorai dan tangis haru tidak dapat ditahan lagi.
“Kita akan pertahankan apa yang sudah tertata serta memperbaiki kekurangan-kekurangan, sebagai bagian dari peningkatan berkelanjutan yang merupakan salah satu syarat instansi yang sudah memiliki sertifikat ISO,” kata dr. Adhenik penuh haru.
Untuk agenda ke depan, dr. Adhenik merencanakan pembangunan Unit Gawat Darurat (UGD) dan ruang-ruang untuk fasilitas rawat inap.(Fns)
Â
Â