Pemanfaatan Herbal Sebagai Pelayanan Kesehatan Tradisonal
Surabaya, eHealth. Battra atau Pengobatan Tradisional merupakan warisan sejak jaman dahulu kala. Sebelum berkembangnya ilmu pengobatan modern, Battra adalah primadona di dunia medis. Kemampuan nenek moyang terdahulu terbukti efektif menjaga kelangsungan hidup umat manusia. Kini saatnya menggebrak kembali keampuhan obat tradisional Indonesia.
Rabu pagi (07/12) di ruang pertemuan lantai 2 RSUD Dr.Soetomo diadakan “Pelatihan Pemakaian Herbal Sebagai Komplementer Alternatif Untuk Tenaga Kesehatan”. Pelatihan ini diikuti oleh puluhan peserta yang terdiri dari dokter, perawat dan apoteker/asisten apoteker Puskesmas di Surabaya.
Pelatihan selama hari Rabu (07/12) dan Kamis (08/12) ini mengajak peserta untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama tentang obat tradisonal dan menumbuhkan kembali pemanfaatan obat herbal di masyarakat melalui Puskesmas.
Seperti yang di ungkapkan oleh salah satu narasumber dari kegiatan tersebut, Dr.H Abidinsyah Siregar DHSM, M.Kes bahwa sudah saatnya masyarakat kini menuju paradigma baru mengenai pelayanan kesehatan tradisional dengan herbal. “Pengobatan herbal adalah naluri alamiah. Kita lihat saja bagaimana efektifnya herbal yang diracik oleh nenek moyang, mampu menjaga kelangsungan hidup umat manusia,” ujar pria yang menjabat sebagai Direktur Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif & Komplementer dibawah Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan ini.
Di Indonesia sendiri terdapat ±30.000 jenis tumbuhan dan ± 7.000 jenis diantaranya mempunyai khasiat obat. Bahkan 90%-nya merupakan spesies tumbuhan obat di kawasan Asia.
Namun, lanjutnya, sumber daya alam tanaman obat di Indonesia masih belum dimanfaatkan secara optimal dan masih terbatas. Ada 45 macam obat herbal penting di Amerika Serikat (AS), 14 jenisnya berasal dari Indonesia. Termasuk vinblastin dan vincristin dari tapak dara yang berguna sebagai obat anti kanker.
Karena itu, melalui KepMenkes No.381/MENKES/SK/III/2007 dibuatlah kebijakan mengenai obat tradisional. Tujuannya adalah mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan secara berkelanjutan, menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia agar memiliki daya saing, tersedianya obat tradisional dan menjadikan obat tradisional menjadi komoditi unggul.
“Kita tidak boleh kalah (pemanfaatan obat tradisonal) dengan Cina, kita juga bisa mengolah dan menjadikan obat tradisional Indonesia sebagai senjata rahasia menuju sehat,” ungkap dr. Abidin.
Rencana Penambahan 10 Puskesmas Battra di Surabaya
Sementara itu di tempat yang sama Kepala Seksi Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Hariyanto, SKM mengatakan bahwa untuk mendukung pengembangan obat tradisional, akan ditambah lagi 10 Puskesmas Battra di Surabaya. Penambahan ini dilakukan secara bertahap selama 2 tahun, 5 Puskesmas di tahun 2012 dan menyusul 5 Puskesmas di tahun 2013.
Kota Surabaya sendiri kini telah memiliki 5 Puskesmas Battra, yaitu Puskesmas Gundih, Puskesmas Medokan Ayu, Puskesmas Banyu Urip, Puskesmas Manukan Kulon dan Puskesmas Pegirian. “Dengan target 15 Puskesmas Battra pada tahun 2013 kami berharap dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat melalui obat tradisional,” ujar Hariyanto.(Dot)