Sekapur Sirih

Surabaya, eHealth. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, Lanjut Usia (Lansia) dan keluarga miskin.


Berita Terbaru

Tetap Ceria Meski Gagal Tembus Final Gobak Sodor

Tetap Ceria Meski Gagal Tembus Final Gobak Sodor

Surabaya, eHealth. “Nanti dimulai dari (kaki) kanan dulu ya, yang bareng, yang kompak,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, drg. Febria Rachmanita kepada rekan satu tim nya yang juga sama-sama Kepala SKPD di instansi lain di Pemerintah Kota Surabaya saat mengambil ancang-ancang memulai lomba balap 

Pentingnya Keamanan Pangan Bagi Konsumen

Pentingnya Keamanan Pangan Bagi Konsumen

Surabaya, eHealth. Pelatihan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) adalah Pelatihan Sertifikasi PIRT ini merupakan acara yang wajib diikuti oleh UKM yang mengajukan aplikasi untuk mendapatkan Nomor Ijin Rumah Tangga untuk produksi pangan. Kemarin, Selasa (13/08/2015) Dinas Kesehatan Kota Surabaya memberikan pelatihan untuk para pemilik UKM 

Sosialisasikan Lima Indikator Keluarga Sadar Gizi

Sosialisasikan Lima Indikator Keluarga Sadar Gizi

Surabaya, eHealth. Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) adalah keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga. Untuk mencapai keluarga sadar gizi, Dinas Kesehatan Kota Surabaya melakukan pelatihan sadar gizi bagi para Kader Posyandu se-Kota Surabaya hari Senin (03/08/2015) di Graha II Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Jl. Jemursari No. 197.

Dalam Pelatihan itu dijelaskan oleh Edi Suroso, SKM. M.Kes dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur bahwa seseorang yang sadar gizi mempunyai 5 indikator sebagai berikut yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir samapi usia 6 bulan, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium dan minum suplementasi gizi.

Pelatihan ini bertujuan agar seluruh keluarga berprilaku sadar gizi serta memberikan kemudahan keluarga dan masyarakat memperoleh informasi gizi dan memberi kemudahan untuk memperoleh pelayanan gizi yang berkualitas.

Dari hasil pelatihan itu diharapkan kader bisa memberikan konseling pada masyarakat yang lain sehingga masyarakat terpacu menjadi keluarga yang sadar gizi. Untuk sampai kepada keluarga sadar gizi itu membutuhkan beberapa rantai penyalur informasi yaitu Konseling Kadarzi diteruskan oleh konselor hingga sampai pada klien (masyarakat).

Beberapa pengertian mengenai Konseling Kadarzi yaitu proses komunikasi dua arah, antara konselor dan klien untuk membantu klien memecahkan masalah perilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga. Konselor adalah tenaga pelaksana gizi atau petugas kesehatan di Puskesmas/Kader/Bagas (Pembantu petugas kesehatan yang ada di desa siaga) yang telah mendapatkan pelatihan tentang KADARZI yang akan membantu masalah memecahkan masalah gizi klien.

Tujuan utama dari konseling itu yaitu keluarga-keluarga yang belum menerapkan indikator Kadarsi (5 indikator), terutama pada anggota keluarga yang sudah dewasa bisa menerapkan 5 indikator itu. Selain itu konseling juga untuk memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga dalam melaksanakan perilaku Kadarzi dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungan.

Dalam hal ini dijelaskan oleh Edi Suroso SKM, M.Kes bahwa ada beberapa yang harus dipahami oleh konselor. Konselor bisa menjelaskan pengertian, perkebangan dan kegunaan pemantauan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga serta bisa menjelaskan. Misalkan cara memantau kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi serta cara menegtahui kesehatan ibu hamil dan mencegah ibu melahirkan BBLR dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan.

Dengan pelatihan Kadarzi ini diharapkan bisa menurunkan angka kesakitan dan mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). (Ima)