Nikmati Hasil Olahan Toga yang Lezat Lagi Sehat

Surabaya, eHealth. Pelaksanaan Lomba Taman Obat Keluarga (Toga) yang dihelat Dinas Kesehatan Kota Surabaya memasuki hari ketiga. Kali ini Puskesmas Manukan Kulon yang mendapatkan penilaian dari tim juri lomba Toga, hari Rabu (13/7).

Saat berada di Puskesmas yang beralamatkan di Jl. Manukan Lor dalam No. 18 Surabaya ini, tim juri diperlihatkan demo pembuatan jus herbal yang berkhasiat menurunkan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yakni jus herbal campuran dari jambu biji dan buah kurma yang dibawakan oleh ahli Battra (Pengobatan Tradisional) Puskesmas Manukan Kulon Rodliyatin, Amd Battra.

Setelah mendapatkan penjelasan dan demo mengenai jus herbal, tim juri langsung bergerak menuju taman yang terdapat di halaman Puskesmas Manukan Kulon. Tim juri pun mengajukan berbagai pertanyaan seputar tanaman dan khasiat dari tanaman yang ditanam di halaman Puskesmas kepada Rodliyatin.

Setelah meninjau Toga Puskesmas Manukan Kulon, tim juri menuju Balai RW 1 Kelurahan Banjar Sugihan untuk melihat peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan Toga. Setelah sampai di lokasi, tim juri dibuat kagum dengan keaktifan warga RW 1 dalam mengembangkan Toga. Adanya pekarangan yang khusus ditanam dengan Toga dan juga berbagai produk hasil olahan dari Toga menambah kagum tim juri.

Dra. Suharmiati, Apt, salah seorang tim juri dari Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional (LP4OT) Kemenkes RI mengungkapkan apresiasinya atas peran serta warga RW 1 yang begitu aktif dalam mengembangkan dan menyikapi pembinaan yang telah diberikan oleh Puskesmas dimanfaatkan dengan baik. “Terbukti dengan banyaknya penghijauan di sekitar sini, dan penanaman Toga ini juga mampu meningkatkan taraf ekonomi keluarga,” tutur Suharmiati.

Menjelang waktu makan siang, warga RW 1 pun menyajikan hasil produk makanan olahan dari Toga seperti puding buah naga, agar-agar lidah buaya yang disajikan dengan kuah wedang pokak, sayur pare, sayur daun pepaya, hingga botokan ontong pisang pun tersaji di meja.

Tersedia juga minuman segar yang dihasilkan dari rebusan daun belimbing wuluh juga bunga rosella yang dikeringkan. “Minuman-minuman ini selain proses pembuatannya alami, juga menyehatkan dan menyegarkan,” ungkap salah satu kader Toga RW 1 berpromosi.

 Beberapa hasil dari Toga juga dikemas dalam bentuk bubuk instan sehingga warga bisa mendapatkan manfaat yang cukup dengan cara menyeduh dan merebus, seperti misalnya temulawak dan kunir putih.

Selain kader Toga, kelurahan ini pun memiliki Paguyuban Lansia yang rutin melakukan pertemuan, dan terkait dengan ini, Suharmianti menyarankan adanya penyajian materi tentang Toga seperti manfaat-manfaat dan cara pengolahannya, juga berbagi ilmu seputar penyakit-penyakit yang diderita Lansia dan bagaimana Toga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut.

 “Adanya PAUD setiap hari Selasa dan Kamis juga bisa difasilitasi dengan penyajian materi Toga,” lanjut Suharmianti. “Kalau bisa, Toga dan pengenalan jamu tradisional dicekokkan (diberikan, Red) ke anak sejak dini. Agar mereka sudah terbekali dengan hal-hal alami sejak dini.”

 Warga berharap, aktifitas memasyarakatkan Toga ini dapat menghadirkan tren jamu di Indonesia serta membantu membuka mata semua orang bahwa bahan tradisional akan selalu lebih baik dibandingkan bahan-bahan kimia.(Fns)

PELAKSANAAN LOMBA TOGA DI PUSKESMAS MANUKAN KULON SURABAYA

 

Nikmati Hasil Olahan Toga yang Lezat Lagi Sehat

13 Juli 2011                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         

 

Surabaya, eHealth. Pelaksanaan Lomba Taman Obat Keluarga (Toga) yang dihelat Dinas Kesehatan Kota Surabaya memasuki hari ketiga. Kali ini Puskesmas Manukan Kulon yang mendapatkan penilaian dari tim juri lomba Toga, hari Rabu (13/7).

 

Saat berada di Puskesmas yang beralamatkan di Jl. Manukan Lor dalam No. 18 Surabaya ini, tim juri diperlihatkan demo pembuatan jus herbal yang berkhasiat menurunkan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yakni jus herbal campuran dari jambu biji dan buah kurma yang dibawakan oleh ahli Battra (Pengobatan Tradisional) Puskesmas Manukan Kulon Rodliyatin, Amd Battra.

 

Setelah mendapatkan penjelasan dan demo mengenai jus herbal, tim juri langsung bergerak menuju taman yang terdapat di halaman Puskesmas Manukan Kulon. Tim juri pun mengajukan berbagai pertanyaan seputar tanaman dan khasiat dari tanaman yang ditanam di halaman Puskesmas kepada Rodliyatin.

 

Setelah meninjau Toga Puskesmas Manukan Kulon, tim juri menuju Balai RW 1 Kelurahan Banjar Sugihan untuk melihat peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan Toga. Setelah sampai di lokasi, tim juri dibuat kagum dengan keaktifan warga RW 1 dalam mengembangkan Toga. Adanya pekarangan yang khusus ditanam dengan Toga dan juga berbagai produk hasil olahan dari Toga menambah kagum tim juri.

 

Dra. Suharmiati, Apt, salah seorang tim juri dari Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional (LP4OT) Kemenkes RI mengungkapkan apresiasinya atas peran serta warga RW 1 yang begitu aktif dalam mengembangkan dan menyikapi pembinaan yang telah diberikan oleh Puskesmas dimanfaatkan dengan baik. “Terbukti dengan banyaknya penghijauan di sekitar sini, dan penanaman Toga ini juga mampu meningkatkan taraf ekonomi keluarga,” tutur Suharmiati.

 

Menjelang waktu makan siang, warga RW 1 pun menyajikan hasil produk makanan olahan dari Toga seperti puding buah naga, agar-agar lidah buaya yang disajikan dengan kuah wedang pokak, sayur pare, sayur daun pepaya, hingga botokan ontong pisang pun tersaji di meja.

 

Tersedia juga minuman segar yang dihasilkan dari rebusan daun belimbing wuluh juga bunga rosella yang dikeringkan. “Minuman-minuman ini selain proses pembuatannya alami, juga menyehatkan dan menyegarkan,” ungkap salah satu kader Toga RW 1 berpromosi.

 

Beberapa hasil dari Toga juga dikemas dalam bentuk bubuk instan sehingga warga bisa mendapatkan manfaat yang cukup dengan cara menyeduh dan merebus, seperti misalnya temulawak dan kunir putih.

 

Selain kader Toga, kelurahan ini pun memiliki Paguyuban Lansia yang rutin melakukan pertemuan, dan terkait dengan ini, Suharmianti menyarankan adanya penyajian materi tentang Toga seperti manfaat-manfaat dan cara pengolahannya, juga berbagi ilmu seputar penyakit-penyakit yang diderita Lansia dan bagaimana Toga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut.

 

“Adanya PAUD setiap hari Selasa dan Kamis juga bisa difasilitasi dengan penyajian materi Toga,” lanjut Suharmianti. “Kalau bisa, Toga dan pengenalan jamu tradisional dicekokkan (diberikan, Red) ke anak sejak dini. Agar mereka sudah terbekali dengan hal-hal alami sejak dini.”

 

Warga berharap, aktifitas memasyarakatkan Toga ini dapat menghadirkan tren jamu di Indonesia serta membantu membuka mata semua orang bahwa bahan tradisional akan selalu lebih baik dibandingkan bahan-bahan kimia.(Fns)