Mengenalkan Obat Preventif Kepada Masyarakat

Surabaya, eHealth. Setelah sebelumnya tim juri melakukan penilaian ke Puskesmas Banyu Urip, Puskesmas Manukan Kulon, Puskesmas Gundih dan Puskesmas Medokan Ayu. Kini tim juri bergerak menuju Puskesmas Pegirian sebagai Puskesmas terakhir yang dinilai dalam pelaksanaan Lomba Toga Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2011, hari Jumat (15/7).  

Sebelum melakukan penilaian, juri-juri dari Dinkes Kota Surabaya, Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional (LP4OT) Kemenkes RI, Poli Obat Tradisional Indonesia (OTI) RSUD Dr. Soetomo, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK mendapat kesempatan melihat demo pembuatan sirup jahe (Zingibir officinale) oleh ahli Pengobatan Tradisional (Battra) Puskesmas Pegirian Nami Apriliyanti, Amd.Battra.

Gadis yang akrab disapa Anti ini menjelaskan bahwa saat ini jahe adalah program unggulan dari Puskesmas pimpinan dr. Hengki TK. “Selain bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, jahe juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nafsu makan pada Balita,” ujarnya di hadapan tim juri.

Saat ditemui tim eHealth, Anti mengaku gugup menjelang penilaian “Deg-degan banget, tapi setelah dinilai jadi lebih tenang. Untungnya banyak pihak yang mendukung, seperti para kader yang selalu interest setiap diadakan pertemuan kader Toga. Sehingga wawasan kader tentang pemanfaatan Toga bertambah dan dapat diaplikasikan kepada masyarakat.”

 Tidak hanya dukungan dari para kader, Kepala Puskesmas pun ikut mendukung setiap kegiatan yang berhubungan dengan pertemuan kader. Anti selalu berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas sebelum melakukan demo pengolahan obat-obat herbal kepada kader.

 Namun masih ada kendala yang dihadapi saat penilaian berlangsung. Kebun Toga milik Puskesmas Pegirian acapkali rusak. Kerusakan kebun ini disebabkan oleh berdempet-dempetnya rumah warga yang memelihara unggas. Unggas-unggas tersebut dibebaskan mencari makan, sehingga merusak kebun Toga. Walau kebun Toga tersebut rusak, tetap tidak menyurutkan langkah Anti untuk mengenalkan Toga kepada para kader.

 Pemahaman kader seputar Toga dibuktikan oleh tim juri ketika melakukan kunjungan ke Balai RW 8 Pegirian. Taman di balai pertemuan tersebut di tanam berbagai macam jenis tanaman obat dan jamuan untuk tim juri pun adalah penerapan tanaman obat, seperti sinom, bersa kencur, kunir asem, keripik bayam, keripik sirih, keripik rosella dan sejenisnya.

Anti berharap bisa menang walau banyak kekurangan, namun bila tidak menang pun paling tidak Alumnus Universitas Aorlangga ini berharap agar masyarakat termotivasi untuk menggalakkan Toga dan kader mengerti bagaimana memanfaatkan dan mengolahnya dengan benar.

“Sekalipun Toga masih sebatas empiris, namun masih bisa dimanfaatkan untuk preventif. Jadi Toga tidak hanya dipandang sebagai tanaman hias saja, tapi masyarakat mengerti fungsi dan manfaat tanaman tersebut (untuk kesehatan),” harapnya seraya tersenyum.(Dot)