Membentuk Kesadaran Bahwa Tembakau Tidak Normal

Surabaya, eHealth. Penyebaran rokok merambahi generasi muda secara masif. Di samping faktor kawan atau keluarga yang perokok, banyak anak-anak yang terdorong untuk merokok atas “dorongan” membanjirnya iklan rokok yang dapat dengan mudah mereka lihat di jalan-jalan raya, media cetak seperti majalah, dan media elektronik seperti televisi. Bagaimana mengatasi permasalahan ini?

Acara yang diadakan di Rumah Makan Kebon Pring pada hari Selasa (26/7) dan dihadiri sejumlah wartawan dari media cetak dan elektronik ini mengupas tentang advertensi rokok, yang mengandung arti bahayanya iklan dan advertorial rokok yang banyak beredar secara terang-terangan.

Acara ini terselenggara berkat kerjasama Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Jawa Timur, FKM Unair, dan Tobacco Control Support Center (TCSC) Jatim.

“Kami berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya Jawa Timur agar terbebas dari bahaya tembakau, terutama penyebarannya pada anak-anak,” ungkap Dr. Santi Martini, dr., M.Kes.

Dosen FKM Unair sekaligus Ketua TCSC ini berharap dengan adanya acara ini maka rekan-rekan media dapat turut mendukung kampanye anti tembakau atau setidaknya mengendalikan penyebarannya terutama pada generasi muda.

“Ada 2 hal yang mendasari pembentukan TCSC,” kata Ketua IAKMI Jawa Timur Prijono Satyabakti, dr., MPH. “Yaitu agar peraturan kebijakan pemerintah berpihak pada masyarakat sehat dan menyadarkan masyarakat bahwa tembakau itu bukan bahan yang normal. Tidak seperti nasi misalnya.”

Sri Widati, S.Sos., M.Si dari FKM Unair yang diundang sebagai pembicara memberikan pemaparan seputar data perokok, relevansinya terhadap perekonomian suatu daerah, serta bentuk-bentuk iklan rokok yang banyak beredar pada reklame-reklame jalan raya perkotaan.

 “Iklan-iklan tersebut memang tidak secara langsung menyuruh orang untuk merokok,” paparnya. “Namun mereka menggunakan kata-kata yang memberikan semangat dan dukungan yang mengandung image bahwa merokok itu menimbulkan rasa keren, gengsi tinggi, berselera, pemberani, dan lain-lain.”

Bentuk advertensi lain yang membahayakan juga adalah banyaknya acara atau event yang dibiayai oleh perusahaan rokok. “Pada acara tersebut pengunjung biasanya mendapatkan rokok gratis,” tambah Sri yang mengkhawatirkan banyaknya remaja yang terjebak menjadi perokok pemula akibat banyaknya iming-iming rokok gratis ini.

Perusahaan rokok juga melakukan promosi melalui kegiatan-kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) misalnya dalam bentuk pemberian beasiswa dan penanaman pohon sebagai bentuk peduli lingkungan.

“Bentuk promosi semacam ini berbahaya sebab ini merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi anak-anak untuk mencoba rokok, yang akan menjadikan mereka kecanduan rokok hingga usia dewasa,” kata Prijono.(Fns)

 


Â