Kagum dengan Kebun Toga Milik Warga

Surabaya, eHealth. Suasana nyaman langsung terasa ketika memasuki Poli Pengobatan Tradisional (Battra) yang ada di Puskesmas Banyu Urip. Beberapa contoh tanaman obat yang telah dikeringkan dipajang di dinding ruang Battra, wangi aromateraphy juga terasa sehingga pasien yang datang untuk berobat akan merasa lebih rileks.

Oleh karena itu, ruang inilah yang menjadi salah satu keunggulan Puskesmas Banyu Urip dalam menjalani lomba Taman Obat Keluarga (Toga) saat tim juri datang ke Puskesmas yang terletak di Jl. Banyu Urip Kidul I/15 Surabaya, hari Senin (11/7). Selain ruang Battra, Puskesmas Banyu Urip juga memamerkan hasil Toga serta demo memasak minuman herbal kreasi dari kader Toga se-wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.

Dihadapan tim juri yang terdiri dari TP PKK Kota Surabaya, Poli OTI (Obat Tradisional Indonesia) RSUD Dr. Soetomo, LP4OT (Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional) Kemenkes RI dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Kepala Puskesmas Banyu Urip dr. Tenny Septania menjelaskan keberadaan Toga di wilayah kerjanya, keaktifan para kader Toga sampai Poli Battra yang kini ditangani oleh ahli Battra Puskesmas Banyu Urip Qodri Faizal Anhar, Amd Battra.

Tidak ketinggalan, Saat tim juri meninjau demo masak minuman herbal, para kader Toga pun dengan semangat menjelaskan manfaat-manfaat yang terkandung dalam minuman yang dibuatnya tersebut. Kali ini, mereka memasak minuman jahe merah yang berkhasiat sebagai pencegah masuk angin, batuk, hingga rematik dan pegal-pegal. Dengan runtut para kader menjelaskan bagaimana cara memasak, dengan alat apa saja yang digunakan untuk masakan, dan lain-lainnya.

“Kalau masak Toga kayak jahe merah, jangan pakai panci yang terbuat dari aluminium, karena kadar yang terdapat di panci bisa luntur, nanti malah membahayakan tubuh. Pakailah panci kedawung, atau lebih baik pakai kuali (panci yang terbuat dari tanah). Tutup rapat saat memasak, biar kandungan yang ada di Toga tidak hilang,” tukas Meineni Purwitaningrum, salah satu kader Toga yang bertugas memasak jahe merah saat ditanya oleh juri mengenai cara memasak jahe merah.

Wanita yang kerap disapa Mei ini menuturkan banyak sekali manfaat yang dipetik saat dirinya menjadi kader Toga di Puskesmas Banyu Urip. Ia pun mengerti berbagai macam tanaman beserta khasiatnya. Bahkan sampai sekarang pun ia terus mengandalkan Toga untuk keperluan sehari-hari.

“Daripada beli obat yang mahal, mending memanfaatkan tanaman di sekitar (rumah). Seperti beli empon-empon kan banyak, kayak kunir dan salam. Jadi seumpama ada Balita yang panas, kita ambil kunir, kita parut, ambil airnya dan dicampur madu, lalu kita minumkan ke Balita agar panasnya turun. Daripada kita lari-lari ke apotek buat beli obat, ya kan?” imbuh Mei dengan semangat.

Ia pun mengaku jika dengan menjadi kader dapat menginspirasi kepada orang lain untuk melakukan hal serupa. Sebab, suaminya yang terkena penyakit hepatitis B dapat sembuh karena rutin mengkonsumsi sari temulawak yang ia buat dan tanpa ada campur tangan obat-obatan kimia. “Saya bisa ngomong kayak gini karena pengalaman dari suami saya mas,” tutur wanita yang memiliki dua putra ini.

Lain Mei, lain pula Astutik, kader Toga dari Kupang Krajan ini mencari celah bisnis dari hasil Toga. Bersama dengan kader yang lainnya, Astutik memproduksi hasil Toga seperti Temulawak, Kunir Putih, Kunir, Jahe, dan Toga yang lainnya untuk dijadikan ekstrak untuk kemudian dijual.

Setelah menilai dan mencicipi hasil karya kader Toga di Puskesmas Banyu Urip, tim juri bergerak ke salah seorang rumah warga yang berada di Kupang Krajan. Sesampainya di rumah Pak Sabar, pemilik rumah tersebut, tim juri dibuat kagum dengan kekreatifan pak Sabar. Meski rumahnya masuk di gang kecil dan hanya sedikit memiliki pekarangan, namun hal tersebut bukan halangan untuk mengembangkan Toga. Berbagai jenis tanaman ada di pekarangan depan rumah yang ukurannya tak lebih dari 7×3 meter tersebut.

Bahkan, saat Dra. Suharmiati, APT, salah seorang tim juri dari LP4OT Kemenkes RI menanyakan pupuk tanaman tersebut dari mana, dengan semangat Sabar menunjuk pijakan yang tepat di bawah tim juri. Sabar lalu menunjukkan pengolahan pupuk kompos dengan membuka pijakan tadi. “Ya ini yang nantinya akan jadi pupuk tanaman ini, ” ujar bapak satu anak ini seraya tersenyum.

Setelah melakukan berbagai kunjungan, akhirnya tim juri memberikan kesan dan saran saat melakukan penilaian di Puskesmas Banyu Urip. Dengan diwakili oleh Dra. Suharmiati, tim juri mengaku terkesan dengan antusiasme kader Toga Puskesmas Banyu Urip. Selain itu juga ia memberikan masukan berupa alangkah lebih baik jika memasarkan produk dari Toga juga mengutamakan packaging atau kemasannya, sehingga nantinya akan menambah nilai jual produk Toga tersebut. Ia pun berharap agar semangat kader tidak kendur dan dapat mensosialisasikan khasiat Toga ke masyarakat yang lain.(And)