Antibiotik Bukan untuk Membunuh Virus
Surabaya, eHealth. Mencermati kondisi pasien yang sudah multiresisten yang salah satunya disebabkan oleh terlalu banyak konsumsi antibiotik. Maka sejak tahun 2007, RSUD Dr. Soetomo mendirikan PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antibiotik) dan hingga kini terus aktif memantau serta mengedukasi masyarakat seputar penggunaan antibiotik yang benar.
Hal ini disampaikan oleh dr. Harry Parathon, SpOG (K), dokter sekaligus pendiri PPRA RSUD Dr. Soetomo saat memberikan pelatihan bagi staf Puskesmas di Kota Surabaya dengan tajuk “Penggunaan Antibiotik yang Benar” bertempat di Aula Sasana Boga, Catering Sonokembang, hari Kamis (27/9). Pelatihan ini diikuti oleh 26 peserta, yang terdiri dari 16 staf Puskesmas Jagir dan 10 staf Puskesmas Sidosermo.
“Resistensi dapat menimbulkan kematian pasien,” buka dr. Harry saat pemberian materi. “Infeksi yang diakibatkan oleh kuman resisten lebih sulit disembuhkan.”
Ia mengatakan, kuman resisten timbul dikarenakan pemakaian antibiotik yang tidak benar. Masyarakat, lanjutnya, mengalami salah kaprah dalam penanganan penyakit. Jika mereka sakit, banyak yang langsung “lari” secara instan ke antibiotik, karena mereka mengira dengan antibiotik maka penyakit akan cepat sembuh.
“Padahal penyakit yang banyak diderita masyarakat seperti flu, cacar air, atau batuk pilek itu disebabkan oleh virus, bukan kuman atau bakteri,” jelasnya. “Antibiotik tidak dapat membunuh virus. Antibiotik berguna menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri.”
dr. Harry juga memaparkan sejarah terciptanya antibiotik serta khasiatnya pada masa itu. Terkait dengan tren dunia saat ini, ujarnya, kuman resisten sudah meningkat 10 hingga 58%. “Biaya perawatan untuk kasus infeksi karena kuman resisten juga sangat mahal. Di Amerika, biayanya mencapai 7 milyar dollar Amerika,” lanjut Kepala Divisi Uroginekologi RSUD Dr. Soetomo ini.
Maka dr. Harry pun mewanti-wanti para staf Puskesmas agar berhati-hati dalam menangani pasien. “Jika tidak ditemukan kuman dalam tubuh pasien, maka jangan berikan antibiotik,” pesannya.
Peserta juga diberi penjelasan tentang cara kuman masuk ke dalam tubuh, antara lain melalui makanan, minuman, berciuman, bersin, berbicara, gigitan nyamuk, membesuk di Rumah Sakit, dan berjabat tangan.
“Setelah menyentuh pasien yang dirawat di Rumah Sakit, sebaiknya segera membersihkan tangan menggunakan alkohol,” kata dr. Harry.
Kesimpulannya, penggunaan antibiotik sebaiknya mengikuti lima pedoman terapi antibiotik (4T+1W) seperti berikut: Tepat indikasi; Tepat penderita; Tepat obat; Tepat regimen dosis; dan Waspada efek samping. “Penggunaan antibiotik harus mengikuti resep dokter, jangan gegabah membeli dan mengkonsumsinya sendiri,” tutup dr. Harry.(Fns)
Â
Â