Anak Dirawat, Orang Tua Diajarkan Mother Class
Surabaya, eHealth. Ananda Rezky, bayi yang berusia 17 bulan ini tampak tergolek lemah saat ibunya membaringkan ke tempat tidur di ruang Theurapetic Feeding Centre (TFC) Puskesmas Tanah Kalikedinding (Takal). Sesekali, Rezky terbangun dan menangis mencari ibunya. Siti Rukmini, ibunda Rezky dengan sigap menggendong kembali anak pertamanya ini. Memang, untuk kedua kalinya Rezky dirawat di TFC Puskesmas Takal karena menderita gizi buruk.
Saat ditemui tim eHealth, Siti Rukmini mengaku awalnya tidak mengetahui kalau buah hatinya mengalami gizi buruk. Ia juga heran Rezky menderita seperti itu, padahal selama ini dirinya selalu memberikan makanan lengkap dengan sayurnya dan juga ASI sampai sekarang. “Rezky selalu makan apa yang saya berikan kok mas, makanya itu saya heran kenapa kok bisa sakit seperti ini,” ujar wanita usia 22 tahun yang akrab disapa Bu Mini ini.
Awal kelahiran Rezky pun terbilang normal, yakni bobotnya 2,8 Kg. Namun seiring waktu, berat badan Rezky tak kunjung naik, bahkan hingga di usianya sekarang 1,5 tahun berat badannya hanya 6,9 Kg. karena keadaan yang tak kunjung membaik itulah, Rezky dirujuk ke TFC Puskesmas Takal untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Memang, sejak tanggal 27 Februari 2011, Puskesmas Takal membuka Theurapetic Feeding Centre, namun peresmiannya baru dilaksanakan tanggal 19 Mei 2011 yang diresmikan oleh Wakil Walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono sekaligus menyelenggarakan program Bhakti Sosial di tempat yang sama dalam rangka menyambut HUT Kota Surabaya yang ke-718.
Pusat pemulihan bagi penderita yang mengalami kekurangan gizi ini merupakan yang kedua setelah Puskesmas Dupak. Bukan tanpa alasan Puskesmas Tanah Kalikedinding membuka TFC di kawasan Surabaya Utara, sebab masih banyak permasalahan gizi buruk yang dialami oleh masyarakat di wilayah ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya dr. Esty Martiana Rachmie menjelaskan, mekanisme pelaksanaan TFC yakni setiap Balita dengan status gizi buruk atau gizi kurang yang telah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit saat pulang harus mendapatkan perawatan dan pemantauan, sehingga status gizi Balita yang bersangkutan dapat meningkat. Balita yang baru pulang dari Rumah Sakit dengan status gizi buruk atau gizi kurang dapat memanfaatkan fasilitas TFC tersebut secara gratis. Pemulihan status gizi ini dapat dilakukan selama 2 hari, 3 hari, seminggu dan sebagainya tergantung dari keadaan Balita yang bersangkutan.
Selain merawat Balita yang menderita gizi buruk, TFC juga akan mengajarkan kepada ibu Balita bagaimana cara memasak dan memberi makan kepada buah hatinya dengan baik dan benar. Karena gizi buruk bukan hanya disebabkan masalah kemiskinan, namun juga pola asuh yang tidak benar dari orang tua juga turut menyumbang penyebab Balita menderita gizi buruk.
“Jadi yang dirawat (di TFC, Red) tidak hanya Balitanya saja, melainkan orang tuanya juga kita beri pemahaman dan pengertian mengenai pola asuh kepada anak supaya dapat meningkat gizinya,” ujar dr. Esty.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Tanah Kalikedinding dr. Maya Syahria Saleh mengatakan bahwa pelaksanaan TFC di Puskesmas yang beralamatkan di Jl. HM. Noer No. 227 (dulu Jl. Kedung Cowek No. 227) bukan tanpa hambatan. Jumlah penderita gizi buruk yang dirawat pun masih terbilang sedikit, hal ini dikarenakan masih banyaknya orang tua Balita yang tidak mau anaknya dirawat dan menginginkan hanya perawatan di rumah saja meski para petugas Puskesmas membujuk untuk membawa anaknya ke TFC.
“Banyak yang tidak mau karena ada orang tua yang bekerja sehingga tidak ada yang menjaga, atau anggota keluarga lain yang tidak terurus jika orang tuanya ikut menjaga anaknya di TFC. Itu menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” tukas dr. Maya.
Berbagai usaha dilakukan Puskesmas Tanah Kalikedinding untuk mengatasi permasalahan gizi buruk terutama yang terdapat di wilayah kerjanya. Mulai dari pemantauan gizi tingkat Posyandu hingga mengunjungi langsung Balita yang terdeteksi menderita gizi buruk. Bahkan, disela-sela peresmiannya, Wakil Walikota Surabaya Bambang DH meminta kepada Camat setempat untuk melakukan ”sweeping” terhadap penduduk yang Balitanya menderita gizi buruk.
“Kalau bisa sweeping anak-anak yang diduga menderita gizi buruk, jika ketemu kita rawat disini (TFC, Red). Untuk urusan biaya jangan khawatir, Pemkot yang akan menanggung semua biaya disini, baik biaya Balitanya yang sakit maupun yang jaga,” ujar Bambang DH.
Lebih lanjut, dr. Maya menambahkan, berbagai fasilitas lengkap sebagai penunjang TFC telah tersedia disini, seperti pelayanan 24 jam, penanganan oleh dokter spesialis anak, adanya seperangkat mainan agar si anak tidak merasa bosan di TFC, adanya dapur yang berfungsi untuk praktek memasak makanan bagi orang tua Balita, dan masih banyak lagi. Hal ini semata-mata untuk kesembuhan Balita dan juga meningkatkan pengetahuan bagi keluarga pasien terhadap pola asuh anaknya.
Adanya upaya peningkatan pengetahuan orang tua Balita ini juga diamini oleh Bu Mini. Meski sebelumnya ia mengaku tidak betah saat berada di TFC, namun saat anaknya dirawat untuk kali kedua, ia merasa mendapatkan banyak pelajaran berharga yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.
“Disini saya diajarkan cara pembuatan susu formula yang dikasih sedikit minyak, saya juga diajarkan cara membuat makanan yang membuat anak saya bisa gemuk lagi. Selain itu saya juga diajarkan Mother Class sama ibu dokter disini bagaimana cara pola asuh ke anak. Ini pengalaman baru yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Dokternya juga ramah-ramah, bisa konsultasi dan dirawat dokter terus,” urai wanita yang tinggal di kawasan Tanah Merah ini seraya tersenyum.
Dengan keberadaan TFC, dr. Maya berharap masyarakat yang buah hatinya memiliki permasalahan gizi buruk bisa segera datang ke TFC Puskesmas Tanah Kalikedinding. Namun mantan Kepala Puskesmas Balongsari ini juga meminta masyarakat agar tetap menjaga pola asuh anaknya dengan baik dengan memberikan makanan dengan gizi seimbang karena mencegah terjadinya gizi buruk lebih baik daripada mengobatinya.(And)