Melatih Apoteker Sebagai Penyedia Informasi Obat Rasional Kepada Masyarakat

Surabaya, eHealth.Penggunaan obat rasional merupakan proses yang kompleks. Proses tersebut meliputi beberapa komponen seperti diagnosis, pemilihan dan penentuan dosis obat, petunjuk pemakaian,pemberian label serta kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Sebab bila ada kesalahan dalam hal tersebut akan menyebabkan kerugian.

Bertempat di ruang pertemuan Puskesmas Tanah Kalikedinding, sebanyak 58 apoteker dari Puskesmas se-Surabaya mendapat pelatihan mengenai pentingnya penggunaan obat rasional. Pelatihan yang digagas oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya ini menggandeng 3 narasumber, yaitu Drs. A.Adjie Prajitno, S.Ms. Apt dari Universitas Surabaya, dr.Harry Parathon, SpOG (K) dari RSUD Dr.Soetomo dan Dra.Soewarti, Apt dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

“Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien telah mendapat obat sesuai dengan kebutuhannya,” ujar Soewarti, Apt. Ia melanjutkan, sesuai kebutuhan disini adalah penggunaan obat dalam jenis, bentuk sediaan, dosis dan jumlah tepat disertai informasi yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan.

Soewarti menuturkan, banyak masyarakat tidak mengerti tata cara penggunaan obat karena kurangnya informasi yang diperoleh. Ia lantas mencontohkan pembacaan resep obat. 

“Bila ada pada resep tertulis 3 x 1, pasien hanya mengerti bahwa obat harus diminum 3 kali dalam sehari. Seharusnya apoteker juga memberi informasi bahwa obat tersebut diminum 3 kali sehari dalam rentang waktu 8 jam.”

Soewarti juga menyorot mengenai obat yang telah kedaluwarsa. “Obat yang telah kedaluwarsa tidak boleh dibuang. Sebab banyak mafia yang mendaur ulang obat yang telah kedaluwarsa menjadi obat baru untuk dijual kembali. Sebaiknya obat yang kedaluwarsa dirusak terlebih dahulu kemudian dilarutkan ke air.”

Dengan adanya pelatihan ini, Soewarti berharap agar masyarakat melalui apoteker mengerti mengenai informasi tentang obat, mengenali bahan aktif obat, mengetahui efek samping obat dan mampu menyikapi iklan dengan kualitas informasi yang benar sehingga mampu mengelola obat di rumah tangga.

Karena selain mengobati, kita juga dituntut untuk memberi pembinaan masalah obat kepada masyarakat,”  lanjut wanita yang menjabat sebagai Kepala Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ini.(Dot)

Â