Kanker pada Anak Dapat Disembuhkan dengan Teknik Paliatif yang Intensif Sejak Dini
Surabaya, eHealth. Menurut data statistik dari International Agency for Research on Cancer (IARC), satu dari 600 anak menderita Kanker sebelum usia 16 tahun. Kanker pada anak merupakan masalah yang kompleks mengingat perawatan dan pengobatannya selain melibatkan orang tua dan tenaga profesional, juga tidak kalah penting adalah keluarga besar, sekolah, dan lingkungan yang turut berperan.
Sekitar 500 anak di Jabodetabek terindikasi terkena Kanker dalam satu tahun (Kompas.com, 8 Februari 2009). Namun, hingga saat ini belum diketahui penyebab anak-anak itu terkena Kanker. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia, Ira Sulistio. Data tersebut diambil dari International Confederation of Childhood Cancer Parents Organization.
Penderita Kanker pada anak-anak ini, lanjut Ira, masih kurang diperhatikan pemerintah. Hal ini karena jumlah penderitanya masih sekitar satu persen dibanding penderita Kanker dewasa.
International Union Against Cancer (UICC) menggencarkan kampanye yang menekankan bahwa 43% kasus Kanker pada anak sebetulnya bisa dicegah melalui pola hidup sehat:
– Memberikan lingkungan bebas rokok pada anak-anak
– Aktif bergerak, makan makanan sehat dan seimbang, dan mencegah kegemukan
– Menjalani vaksinasi virus penyebab Kanker Hati dan Kanker Leher Rahim
– Menghindari terlalu banyak sinar matahari.
Kanker mungkin sulit untuk dideteksi, tapi untuk beberapa jenis Kanker, semakin dini terdeteksi maka semakin baik peluang untuk mengobatinya dengan efektif, begitu pula pada anak-anak. Salah satu teknik pengobatannya adalah dengan cara paliatif.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan dukungan kepada keluarganya. Selain itu juga mencegah atau merawat sedini mungkin gejala-gejala penyakit, dan efek samping yang disebabkan dari pengobatan penyakit tersebut, serta masalah-masalah psikologis, sosial dan spiritual yang terkait dengan penyakit atau pengobatannya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Di Indonesia, perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RSU Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).
Di RS Dr. Soetomo, perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri. Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care, dan respite care.
Menurut Prof. R. Sunaryadi Tejawinata dr., SpTHT (K), FAAO, PGD.Pall.Med (ECU), Kepala Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo periode 1992-2006, salah satu aspek penting dalam perawatan paliatif adalah kasih, kepedulian, ketulusan, dan rasa syukur. Begitu pentingnya aspek ini, sampai melebihi pentingnya penanganan nyeri yang mutlak harus dilakukan dalam perawatan paliatif.
Terapi paliatif tidak hanya diberikan pada pasien dewasa. Badan Kesehatan Dunia mendefinisikan perawatan paliatif anak sebagai perawatan aktif menyeluruh, yang meliputi unsur jasmani dan rohani anak berikut keluarganya dan dimulai sejak anak tersebut didiagnosis penyakitnya dan terus berlanjut mengikuti perjalanan penyakitnya. Walaupun kemungkinan untuk sembuh tidak besar, dokter tetap akan mendampingi anak (pasien) walaupun tujuannya bukan untuk mengobati lagi, namun untuk membuat agar anak ini tetap nyaman dalam menjalani sisa hidupnya. Upaya semacam ini disebut sebagai perawatan akhir kehidupan (end life care) yang merupakan salah satu pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter berikut timnya yang bergerak di bidang paliatif.
Tidak hanya fisik, aspek spiritual juga merupakan bagian dari terapi paliatif. Spiritualitas dapat membuat anak lebih tenang, konsentrasi meningkat dan berfikir positif, dan merasa lebih gembira (melupakan penyakitnya). Perawatan psikospiritual sangat mirip dengan konseling dan psikoterapi. Pendekatan yang dilakukan dapat merupakan integrasi pendekatan tradisional, keagamaan, pendekatan kejiwaan, dan ditambah permainan yang menyenangkan sehingga anak akan lebih bersemangat dan pulih kembali.
Mari sambut Hari Kanker Anak Internasional dengan harapan baru akan berkurangnya jumlah penderita kanker pada generasi muda bangsa kita, serta pengobatan yang lebih canggih dan efektif di masa depan. (fns)